Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Agustus 2023 diproyeksi kembali mencetak surplus. Bahkan, meningkat dari surplus yang dicatatkan pada bulan sebelumnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan, surplus neraca perdagangan bulan laporan sebesar US$ 1,5 miliar, naik dari US$ 1,31 miliar pada Juli 2023.
Nilai maupun volume ekspor pada bulan Agustus 2023 diperkirakan meningkat secara bulanan.
Dari hitungannya, nilai ekspor diperkirakan mencapai sekitar US$ 21,81 miliar atau naik 4,45% secara bulanan (MoM)
"Ekspor bulan Agustus 2023 didukung oleh kenaikan harga komoditas ekspor, seperti batubara yang naik 8,52% MoM," terang Josua kepada Kontan.co.id, Selasa (12/9).
Baca Juga: Surplus Neraca Perdagangan Agustus 2023 Diprediksi Naik
Kemudian, peningkatan aktivitas manufaktur negara mitra dagang utama Indonesia seperti China, Jepang, Eropa, dan India juga diyakini akan menyundut kinerja ekspor.
Meski, juga ada sejumlah hal yang memengaruhi peningkatan ekspor, seperti penurunan harga minyak sawit mentah (CPO) sebesar 2,01% MoM.
Plus, beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan yang mengindikasikan penurunan aktivitas manufaktur.
Di sisi lain, nilai impor diperkirakan sebesar US$ 20,27 miliar atau naik 3,57% MoM.
Peningkatan impor terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik. Plus, untuk menjaga ketersediaan pangan.
Josua melihat, ada peningkatan impor beras dalam merespon penurunan stok padi nasional. Bersamaan dengan kenaikan harga beras internasional sekitar 16% MoM hingga 17% MoM.
Baca Juga: Defisit Neraca Transaksi Berjalan akan Melebar Hingga 2025
Impor minyak dan gas (migas) juga diperkirakan meningkat, sejalan dengan kenaikan harga minyak mentah Brent sekitar 7,57% MoM.
Lebih lanjut, meski meningkat secara bulanan, Josua memperkirakan baik nilai ekspor dan impor akan menurun bila dibandingkan dengan Agustus 2022.
Ia menghitung, nilai ekspor akan tergerus dalam 21,83% secara tahunan (YoY) dan nilai impor berkurang 8,45% YoY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News