kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.205   64,04   0,90%
  • KOMPAS100 1.107   12,22   1,12%
  • LQ45 878   12,25   1,41%
  • ISSI 221   1,22   0,55%
  • IDX30 449   6,60   1,49%
  • IDXHIDIV20 540   5,96   1,12%
  • IDX80 127   1,50   1,19%
  • IDXV30 135   0,68   0,51%
  • IDXQ30 149   1,81   1,23%

Suku Bunga Naik, Multifinance Bakal Mengerem Penerbitan Obligasi?


Rabu, 26 Oktober 2022 / 05:30 WIB
Suku Bunga Naik, Multifinance Bakal Mengerem Penerbitan Obligasi?

Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren kenaikan suku bunga yang saat ini terjadi ditambah ancaman lonjakan inflasi tampaknya bakal mempengaruhi minat perusahaan multifinance untuk menerbitkan surat utang, baik itu obligasi maupun sukuk.

Setidaknya, hal tersebut terlihat dari mandat yang diterima Pefindo dalam penerbitan surat utang per 30 September 2022 yang hanya satu multifinance dengan nilainya Rp 2 triliun. Padahal, jika dibandingkan periode sama tahun lalu, Pefindo masih menerima mandat surat utang dari tiga perusahaan multifinance yang secara total nilainya mencapai Rp 5,8 triliun.

“Mandatnya sekarang memang relatif lebih sedikit karena mereka sedang berpikir untuk tahun depan,” ujar Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito dalam konferensi pers, Selasa (25/10).

Meskipun demikian, pada kuartal III/2022, nilai surat utang yang diterbitkan perusahaan multifinance sebesar Rp 7,1 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dari realisasi di periode sama tahun lalu yang senilai Rp 5,63 triliun.

Baca Juga: Pefindo Kantongi Mandat Pemeringkatan Obligasi Rp 39,32 Triliun di Kuartal III/2022

Untuk ke depan, Dito melihat saat ini perusahaan-perusahaan multifinance ini sedang berhitung untuk menimbang-nimbang apakah lebih memilih pendanaan dari bank atau dengan menerbitkan surat utang.

Menurutnya, dengan adanya ancaman dari potensi resesi, kenaikan suku bunga, serta lonjakan inflasi, perusahaan multifinance bakal memilih untuk mengutamakan pinjaman jangka pendek, yang itu berarti pinjaman dari bank.

“Walaupun nanti misalnya satu tahun kemudian harus berhitung kembali,” ujar Dito.

Sementara itu, Vice Chairman of Executive Board Indomobil Finance Gunawan Effendi bilang pihaknya masih membandingkan antara sumber dana yang tersedia. Terakhir, Indomobil menerbitkan obligasi Berkelanjutan V Tahap I Tahun 2022 dengan nilai emisi Rp 600 miliar pada awal Juli lalu.

“Kami masih menghitung mana yang menawarkan bunga lebih rendah supaya bisa optimal pengelolaan dananya,” ujar Gunawan.

Gunawan juga bilang bahwa penerbitan surat utang tidak hanya terpengaruh dengan kenaikan suku bunga tetapi mempertimbangkan adanya penerbitan lain pada waktu yang berdekatan, industri yang dijalankan, dan prospek bisnis.

“Tapi, kami masih memiliki izin untuk menerbitkan obligasi PUB 5 sebesar Rp 4,4 triliun yang berlaku sampai dengan pertengahan 2024,” imbuhnya.

Saat ini sumber pendanaan yang dimiliki oleh Indomobil Finance paling banyak berasal dari bank sekitar 50%. Selanjutnya, barulah penerbitan obligasi sekitar 33% dan sisanya berasal dari ekuitas.

Sementara itu, Direktur Keuangan PT Federal International Finance (FIF Group) Hugeng Gozali bilang bahwa kenaikan suku bunga ini bakal memberikan dampak pada kupon obligasi yang diterbitkan. Namun, hal tersebut tak bakal berdampak pada minat FIF Group dalam menerbitkan obligasi.

Sebagai informasi, saat ini FIF sedang dalam masa penawaran umum Obligasi Berkelanjutan V Federal International Finance Tahap IV Tahun 2022 yang memiliki jumlah pokok sebesar Rp 1,18 triliun dan diterbitkan dalam dua seri.

“Saya rasa tidak akan mengerem penerbitan obligasi, karena pilihannya cuma terbitkan obligasi atau pinjaman dari bank, bunganya juga naik, jadi sama aja,” ujar Hugeng.

Baca Juga: Masih Ada Multifinance yang Memiliki Peringkat B, Kebanyakan Tak Punya Induk Usaha

Oleh karenanya, ia melihat tidak ada perbedaan signifikan terkait murah mana pendanaan dari menerbitkan obligasi atau pinjam dari bank. Sehingga, pihaknya lebih memilih melakukan diversifikasi.

“Posisi kami, sepertiga berasal dari obligasi, sepertiga dari bank dalam negeri dan sepertiga sisanya dari bank luar negeri,” ujarnya.

Untuk ke depan, Hugeng menegaskan bahwa porsi pendanaan itu tidak akan berubah setidaknya hingga tahun depan. Bahkan, pihaknya sudah berencana menerbitkan obligasi lagi di awal tahun.

“Setahun ini pendanaan dari obligasi sudah dapat Rp 3,18 triliun dan dari bank sekitar Rp 5 triliun,” ujar Hugeng.

Hal yang sama diungkapkan oleh Direktur Keuangan Mandala Finance Christel Lasmana yang bilang pihaknya tidak ada rencana menerbitkan obligasi di sisa tahun 2022. Hanya saja, ia bilang Mandala Finance Namun masih akan secara aktif memonitor dan mengantisipasi efek dari kenaikan suku bunga, untuk menyesuaikan dan memperkuat strategi pendanaan di tahun 2023,

“Sehingga tidak akan mempengaruhi kinerja bisnis kami dalam melayani permintaan pembiayaan dari masyarakat Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×