Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana berbasis obligasi menjadi pilihan utama saat ini. Ketika suku bunga sudah mencapai puncaknya dan cenderung turun itu saat yang tepat untuk masuk ke aset-aset obligasi.
Head of Research & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhi Purwanto mengamati bahwa tren investasi saat ini mengarah ke aset-aset obligasi. Secara kuantitas, volume transaksi yang dicatatkan Moduit untuk kelas aset reksadana lebih didominasi oleh reksadana pendapatan tetap.
Manuel meyakini situasi saat ini mendukung obligasi menengah ke panjang dibandingkan obligasi jangka pendek. Sebab, asumsi yang beredar saat ini adalah tingkat suku bunga cenderung akan menurun di tahun depan.
Bagi investor dapat memperhatikan reksadana pendapatan tetap yang diisi oleh portofolio utama berupa obligasi pemerintah dengan jangka waktu menengah ke panjang sekitar 10 tahun - 20 tahun.
Baca Juga: Selain Peduli Lingkungan, Berinvestasi Reksadana ESG juga Hasilkan Return Lumayan
Momentum saat ini dinilai sebagai waktu yang tepat untuk masuk ke aset obligasi langsung ataupun tidak langsung seperti lewat reksadana yang dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Investor sebaiknya menghindari waktu masuk ke aset obligasi saat suku bunga sudah turun. Karena biasanya market bergerak 6 bulan - 12 bulan lebih awal, sebelum suatu kebijakan diambil.
Seperti diketahui, pada hari ini Kamis (25/5) Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga di level 5,75%. Dari global, prediksi pasar saat ini mengarah bahwa The Fed akan bersikap lebih dovish untuk menahan suku bunga di level 5%-5,25% pada FOMC Juni 2023.
Manuel bilang, ketika suku bunga sudah terlihat mencapai puncaknya dan cenderung turun, maka bakal ada perpindahan ke aset-aset yang lebih prospektif seperti saham. Dari periode kuartal IV-2023 hingga tahun depan diprediksi aset saham akan lebih diminati.
“Obligasi tentu menjadi prioritas saat ini, sudah kelihatan dengan derasnya aliran dana investor ke surat utang, Namun ketika suku bunga nanti cenderung turun maka dana bakal pindah lagi ke saham,” kata Manuel dalam diskusi bersama media, Kamis (25/5).
Menurut Manuel, saat ini masih sangat berisiko untuk mengoleksi saham-saham yang hanya mengandalkan ekspektasi pertumbuhan tetapi secara kinerja pendapatan tidak cukup bagus. Kalaupun berinvestasi saham, sektor-sektor yang dipilih haruslah memiliki kecenderungan naik mengikuti kondisi pasar.
Sektor finansial, konsumer, telekomunikasi ataupun properti merupakan sektor yang bergerak cenderung naik dari awal tahun ini. Pergerakan sektor-sektor tersebut sangat berkaitan dengan kondisi ekonomi seperti tahun menjelang pemilihan umum yang mengangkat sektor konsumer.
Perusahaan teknologi finansial (fintech) ini memfasilitasi penjualan reksadana ataupun obligasi secara langsung. Teranyar, Moduit merupakan salah satu mitra distribusi (midis) dari penawaran Sukuk Tabungan seri ST010.
Moduit mencermati bahwa minat investor sekarang nampaknya masih stabil pada instrumen investasi yang mempunyai risiko lebih rendah. Sekilas, transaksi reksadana berbasis aset obligasi dan pasar uang di Moduit sekitar 70%, sementara reksadana saham 30%.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Offshore Berbasis Saham Naik Dua Digit
Manuel mengatakan, reksadana pasar uang sebenarnya juga menjadi aset pilihan utama selain obligasi dalam kondisi saat ini. Sebab, reksadana pasar uang memiliki likuiditas lebih tinggi dan return perlahan akan meningkat seiring kenaikan suku bunga lebih tinggi.
Hanya saja, reksadana pasar uang dianggap bukan aset kuat untuk investasi jangka panjang tetapi lebih diandalkan untuk likuiditas. Reksadana pasar uang hanya butuh jangka waktu 1-3 hari kerja untuk sudah bisa mencairkan dana.
Mengutip data Infovesta, pertumbuhan kinerja reksadana pendapatan tetap memang paling moncer di sepanjang tahun ini alias secara Year to Date (YTD). Sejak awal tahun hingga 28 April 2023, reksadana pendapatan tetap mencetak return 1,95% YTD. Reksadana campuran dan reksadana pasar uang masing-masing tumbuh sebesar 1,50% dan 1,22% Ytd. Sementara reksadana saham terpantau mencetak return hanya 0,69% YTD.
Namun kinerja reksadana saham terus membaik dengan sukses membukukan return tertinggi 1,30% month on month (MoM) selama April 2023. Lalu disusul reksadana campuran tumbuh 1,02% MoM, reksadana pendapatan tetap tumbuh 0,59% MoM, serta reksadana pasar uang tumbuh 0,29% MoM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News