kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku Bunga Acuan Naik, Perbankan Masih Optimistis Kredit Tumbuh


Kamis, 25 Agustus 2022 / 05:20 WIB
 Suku Bunga Acuan Naik, Perbankan Masih Optimistis Kredit Tumbuh

Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan 25 basis poin ke level 3,75% bakal meningkatkan persaingan himpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan. Terutama bagi bank kecil yang likuiditasnya tidak selonggar bank besar.

Padahal, bank kecil juga akan mendapat tekanan likuiditas dari penyesuaian giro wajib minimum (GWM) menjadi 9% bagi bank umum konvensional dan 6,5% bagi bank umum syariah per 1 September 2022. Kendati demikian, bankir masih optimis kredit bisa tumbuh di sisa paruh kedua 2022.

PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) menyatakan tidak akan merespon kenaikan suku bunga acuan, namun akan memperhatikan perkembangan pasar. Wakil Direktur Utama Bank Oke Hendra Lie mengakui, pada paruh pertama 2022, kredit bank masih mampu tumbuh 27%.

“Permintaan kredit sudah terlihat meningkat. Bank Oke akan tetap menyasar segmen UMKM dan  komersial, dengan sektor food and beverage, healthcare, logistik, dan telekomunikasi hingga sisa 2022,” ujar Hendra kepada Kontan.co.id pada Rabu (24/8).

Bank Oke sudah menyalurkan kredit senilai Rp 7,07 triliun hingga Juli 2022. Naik 45,77% secara tahunan dibandingkan Juli 2021 sebesar Rp 4,85 triliun. Ia optimis, kredit bisa menyentuh Rp 8 triliun di penghujung tahun.

Baca Juga: Bunga Acuan Naik, Multifinance Belum Terburu-buru Mengerek Bunga Pembiayaan

Seiya sekata, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan mengkaji kenaikan suku bunga BI terhadap bunga simpanan dan pinjaman. “Ini tidak akan mengganggu terhadap permintaan kredit dan net interest margin bank selama ekonomi masih bertumbuh. Tentunya permohonan kredit modal kerja akan meningkat,” ujar Direktur Utama Bank Ina Perdana Daniel Budirahayu.

Begitupun dengan bank besar yang masih optimis penyaluran kredit masih akan mampu tumbuh optimal. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menyatakan perubahan suku bunga bank sentral diproyeksikan tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit.

“Mengingat suku bunga kredit bukan satu-satunya variabel untuk meningkatkan pertumbuhan kredit nasional. Berdasarkan perhitungan model ekonometrika, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat,” ujar Aestika.

BRI tetap optimistis mampu menumbuhkan kredit di kisaran 9% hingga 11% yoy hingga akhir tahun 2022. Hingga saat ini, Aestika bilang BRI tidak merevisi pertumbuhan yang ditetapkan pada awal tahun. Seiring dengan itu, BRI optimistis net interest margin dapat menjaga di kisaran 7,7% hingga 7,9%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, meski terjadi kenaikan BI Rate 25 bps, dia tetap optimistis penyaluran kredit masih akan terus meningkat. Sebab, penawaran dan permintaan kredit masih kuat. Misalnya, rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 27,92%, sehingga penawaran bank tinggi.

 

Faktor lain, lending standar (risk appetite) atau keinginan bank salurkan kredit terus naik. Ketiga, inisiatif dari pemerintah dan regulator terus bergulir. Dari sisi permintaan, kinerja korporasi dan rumah tangga. Sebagian besar korporasi itu itu sudah jauh membaik, korporasi penjualannya cukup tinggi.

“Bahkan ada rencana peningkatan belanja modal terus naik. Walau masih ada sektor yang baru tumbuh yg dipengaruhi mobilitas seperti perhotelan dan transportasi, tapi sektor lain seperti ekspor, makanan dan minuman, dan perdagangan sudah cukup membaik. Begitupun permintaan kredit UMKM terus meningkat,” jelasnya.  

BI pun telah menaikkan target kredit perbankan jadi lebih tinggi dibandingkan perkiraan awal tahun menjadi 9% hingga 11%. Semula, bank sentral memasang outlook pertumbuhan kredit tumbuh 6% hingga 8% di sepanjang 2022.  

Bank sentral mencermati perbankan terus menggenjot fungsi intermediasi di tujuh bulan pertama 2022. Analisis Uang Beredar BI mencatatkan penyaluran kredit tumbuh 10,5% year on year (yoy) mencari Rp 6.143,7 triliun hingga Juli 2022.   

Baca Juga: BI Naikkan Bunga Acuan, Ekonom Beberkan Dampaknya ke Perbankan

"Kredit kepada perorangan tumbuh 10,0% yoy menjadi Rp 2.928,7 triliun per Juli . Sementara itu, kredit kepada korporasi tumbuh 12,1% yoy menjadi Rp 3.168,2 triliun," mengutip keterangan resmi BI pada Rabu (24/8).   

Berdasarkan jenis penggunaan, pertumbuhan penyaluran kredit pada Juli 2022 terjadi baik pada Kredit Modal Kerja, kredit investasi maupun Konsumsi. Kredit Modal Kerja  tumbuh 12,9% yoy menjadi Rp 2.812,4 triliun pada Juli 2022. Adapun kredit investasi naik 9,5% yoy menjadi Rp 1.584,1 triliun di tujuh bulan pertama 2022.   

Sedangkan kredit Konsumsi naik 7,6% yoy jadi Rp 1.747,2 triliun pada Juli 2022. Seiring dengan itu, penyaluran kredit UMKM mengalami pertumbuhan lebih tinggi hingga 18,2% yoy menjadi Rp 1.220,0 triliun di Juli 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×