Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Sebuah penelitian di Singapura menemukan bahwa vaksin COVID-19 memberikan perlindungan 69% terhadap infeksi oleh varian Delta, kata Menteri Kesehatan Ong Ye Kung, Rabu (7/7).
Mengutip studi oleh Pusat Nasional untuk Penyakit Menular (NCID) dan Kementerian Kesehatan, dia mengatakan data menunjukkan bahwa perlindungan terhadap penyakit bergejala adalah “antara 80% dan 90%” jika divaksinasi.
“Efektivitas vaksinasi terhadap penyakit COVID-19 yang parah, membutuhkan suplementasi oksigen, perawatan ICU (unit perawatan intensif) atau kematian mencapai 93%,” tambahnya.
NCID dan Kemenkes negara itu baru-baru ini menyimpulkan studi tentang sekitar 1.000 kontak rumah tangga kasus COVID-19 antara September 2020 dan akhir Mei tahun ini.
Baca Juga: Luhut bilang pemerintah siap antisipasi bila kasus Covid-19 melonjak tinggi
Temuan ini akan “disampaikan untuk publikasi internasional”, dan merupakan kontribusi Singapura untuk pemahaman varian Delta dan vaksin, kata Menteri Kesehatan.
Di antara kasus lokal yang dilaporkan sejak 11 April tahun ini, hanya 1% dari mereka yang divaksinasi membutuhkan oksigen, dan tidak ada yang dirawat di ICU. Sekitar 10% dari kasus COVID-19 yang tidak divaksinasi berkembang menjadi penyakit parah, kata Ong.
Sekitar dua pertiga penduduk Singapura kini telah menerima dosis pertama vaksin. Setidaknya setengah dari populasi diharapkan untuk menyelesaikan rejimen vaksinasi pada akhir Juli.
“Dalam beberapa hari mendatang, atau satu atau dua minggu, kami akan memenuhi cakupan dosis pertama kami, yang berarti tujuan kami untuk memberikan perlindungan yang baik kepada sebanyak mungkin orang, tujuan itu akan tercapai,” Mr Ong kata.
“Kami tidak lagi terkendala oleh pasokan, bahkan kami memiliki kapasitas untuk memberikan lebih banyak dosis,” tambahnya.
Selanjutnya: Pakar WHO ungkap 4 faktor yang membuat penularan Covid-19 meroket di dunia, apa saja?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News