kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Studi Oxford: Perlindungan vaksin Pfizer dan AstraZeneca melemah atas varian Delta


Jumat, 20 Agustus 2021 / 11:55 WIB
Studi Oxford: Perlindungan vaksin Pfizer dan AstraZeneca melemah atas varian Delta
ILUSTRASI. Dua dosis vaksin Pfizer dan AstraZeneca memberikan tingkat perlindungan masing-masing hingga 75% dan 61%, 90 hari setelah vaksinasi, kata Universitas Oxford dalam studi terbaru.

Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Kemanjuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca terhadap virus corona varian Delta melemah dalam waktu tiga bulan setelah vaksinasi, menurut temuan para peneliti Universitas Oxford, Inggris.

Dua dosis vaksin Pfizer dan AstraZeneca memberikan tingkat perlindungan masing-masing hingga 75% dan 61%, 90 hari setelah vaksinasi, kata Universitas Oxford dalam studi yang diterbitkan pada Kamis (19/6), seperti dilansir Al Jazeera.

Tingkat perlindungan vaksin Pfizer dan AstraZeneca mulai menurun masing-masing 85% dan 68%, dua minggu setelah pemberian suntikan kedua. Penelitian ini berdasarkan pada tiga juta swab melalui hidung dan tenggorokan terhadap peserta.

“Kedua vaksin ini, pada dua dosis, masih bekerja dengan sangat baik melawan Delta. Ketika Anda memulai dengan sangat, sangat tinggi, Anda masih harus menempuh jalan yang panjang,” kata Sarah Walker, profesor statistik medis Universitas Oxford dan kepala peneliti studi itu.

Baca Juga: Studi baru: Risiko Bell's Palsy lebih tinggi setelah mendapat vaksin Sinovac

Para peneliti tidak memproyeksikan, berapa banyak lagi perlindungan yang akan turun dari waktu ke waktu. Tetapi, menurut mereka, kemanjuran kedua vaksin itu akan menemui satu titik dalam empat hingga lima bulan setelah suntikan kedua.

Menyoroti peningkatan risiko penularan dari varian Delta, penelitian ini menunjukkan, mereka yang terinfeksi meskipun telah divaksinasi lengkap cenderung memiliki viral load yang serupa dengan yang tidak divaksinasi.

Temuan Oxford sejalan dengan analisis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), dan datang ketika Pemerintah Amerika Serikat menguraikan rencana untuk memberikan booster vaksin COVID-19 secara luas mulai bulan depan, di tengah peningkatan infeksi Delta.

Rencana Pemerintah AS itu mengacu data yang menunjukkan perlindungan yang berkurang dari vaksin dari waktu ke waktu.

Selanjutnya: Kasus varian Delta melonjak, pejabat kesehatan AS serukan suntikan penguat COVID-19

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×