Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, dari tiga periode krisis ekonomi yang terjadi, Indonesia bisa keluar dari krisis dan bahkan bisa pulih lebih kuat.
“Bahkan Indonesia bisa menggunakan kesempatan krisis untuk mereformasi dan memperkuat (ekonomi),” tutur Sri Mulyani dalam acara Arahan pada Persiapan Keberangkatan Angkatan 181 dan 182 Beasiswa LPDP, Selasa (15/3).
Adapun krisis pertama terjadi pada tahun 1997-1998 atau biasa disebut krisis moneter, kedua terjadi pada tahun 2008 yakni krisis keuangan global, dan saat ini Indonesia bahkan global sedang menghadapi krisis pandemi Covid-19.
Baca Juga: China Dikabarkan Jadi Investor di Ibu Kota Negara Nusantara, Ini Penjelasan Luhut
Adanya krisis-krisis tersebut, membuat Indonesia melakukan perubahan. Ia mencontohkan hasil dari krisis 1997-1998, muncul Undang-Undang (UU) Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, UU Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kemudian Bank Indonesia (BI) menjadi Independen.
Sementara, krisis pada 2008 telah menghasilkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai badan pengawas keuangan. Kemudian pada 2020-2022 saat pandemi Covid-19 ini, Indonesia juga telah banyak melakukan reformasi.
"Pesan yang bisa diambil adalah, Indonesia itu negara yang ulet. Kita tidak mudah dan tidak mau pecah dan hancur karena adanya tekanan atau tantangan. Ini memang bisa menimbulkan krisis tapi tidak menghancurkan kita,” tegas Sri Mulyani.
Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Penerima Beasiswa LPDP Harus Peduli ke Negara
Indonesia, lanjutnya, bahkan bisa bangkit kembali menjadi negara yang lebih kuat. Menurutnya, saat terjadi krisis kondisi Indonesia yang sering kali mundur dua langkah karena krisis adalah wajar. Terpenting, Pemerintah bisa bangkit kembali dan tidak hancur dan terus maju lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News