Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya berturut-turut pada Rabu (21/9). The Fed juga memberi sinyal akan mengerek suku bunga setidaknya satu kenaikan lagi pada tahun ini.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan suku bunga tersebut mengindikasikan masih tingginya level inflasi di Amerika Serikat dan masih dianggap sebuah ancaman bagi The Fed. Untuk diketahui, inflasi AS Agustus 2022 telah menyentuh di angka 8,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).
Sri Mulyani menambahkan, prioritas utama dari The Fed adalah mengendalikan inflasi supaya tidak terjadi suatu ekspektasi terhadap harga-harga yang akan terus meningkat.
Baca Juga: The Fed Naikkan Suku Bunga, Begini Nasib Rupiah ke Depan
"Kalau dari statement-nya sudah mengatakan bahwa mereka akan melakukan sampai inflasi bisa betul-betul terkendali, itu artinya ya 75 basis poin sudah predictable," ujar Sri Mulyani kepada awak media di Gedung Parlemen, Kamis (22/9).
Bendahara Negara tersebut juga mewanti-wanti dampak dari kenaikan suku bunga AS tersebut. Kebijakan yang diambil The Fed tersebut berimplikasi terhadap pelemahan ekonomi di AS dan sudah dianggap sebagai konsekuensi yang sudah diperhitungkan.
"Artinya, ya pertumbuhan ekonomi di AS tahun ini akhir sampai tahun depan mungkin akan mulai terlihat mengalami dampak dari kenaikan suku bunga tersebut," katanya.
Baca Juga: Suku Bunga The Fed Kembali Naik, Begini Efeknya Bagi Masyarakat AS
Menurutnya, langkah yang diambil The Fed juga akan mempengaruhi perekonomian global, mengingat AS merupakan perekonomian terbesar. Selain itu, kebijakan tersebut juga akan mempengaruhi harga-harga komoditas sehingga hal tersebut harus diantisipasi.
"Mungkin itu akan mempengaruhi jelas terhadap proyeksi ekonomi dunia, pasti, karena dia ekonomi terbesar," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News