kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Soal Kenaikan Bunga Pinjaman Fintech, Ini Kata AFPI


Rabu, 27 Juli 2022 / 06:10 WIB
Soal Kenaikan Bunga Pinjaman Fintech, Ini Kata AFPI

Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID -

 JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengaku akan mengerek tingkat suku bunga pinjamannya. Namun, itu tergantung kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) .

Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan tentunya akan berdampak langsung kepada pertumbuhan pinjaman yang akan tertekan, tidak tumbuh setinggi sebelumnya.

"Mau tidak mau, kalau suku bunga acuan naik, tentu saja turunannya akan naik. Sektor riil pun juga terkena dampak dan pinjaman juga lajunya tidak akan tinggi jika dibandingkan sebelumnya," kata Sunu beberapa waktu lalu.

Tercatat, saat ini tingkat bunga fintech lending telah mengalami penurunan 50% dari 0,8% menjadi 0,4% per hari.

Baca Juga: BI Harus Menaikkan Suku Bunga untuk Menjaga Rupiah

Namun, Sunu menyebut industri jasa keuangan khususnya fintech lending tidak boleh pesimis karena kenaikan suku bunga acuan BI cepat atau lambat akan terjadi.

"Kalau kondisi global masih seperti ini, dengan adanya efek perang dan lain sebagainya, maka mau tidak mau akan berdampak kepada kenaikan suku bunga," ucap Sunu.

Di sisi lain, CEO & Co-Founder Akseleran Ivan Tambunan mengatakan, perusahaan belum ada rencana menaikkan suku bunga pinjaman.

"Bunga perusahaan saat ini rata-rata di 18% per tahun. Untuk penurunan suku bunga fintech tidak ada dampaknya kepada perusahaan, karena yang bunganya turun itu yang cashloan, yang bunganya memang tinggi," kata Ivan.

Ivan menerangkan, dalam menjaga pembiayaan, perusahaan menerapkan strategi dengan memperbanyak pembiayaan skema partnership (supply chain financing dan online merchant financing) serta mulai merambah ke consumer loan melalui employee loan.

Serta menurunkan cost of fund lender dan menjaga NPL di level yang rendah di bawah 1% gross dari penyaluran.

"Saat ini CoF yang diterima lender sekitar 10,5% per tahun. Bisa turun ke level 9,5% per tahun dalam setahun ke depan," ujar Ivan.

Seperti diketahui, saat ini BI masih mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Keputusan ini konsisten dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×