Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kini tengah mengejar target pemboran 618 sumur pengembangan pada 2021.
Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffee A. Suardin mengungkapkan, berdasarkan usulan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) maka pemboran tahun depan sebesar 396 kegiatan.
"Itu lebih tinggi dari yang disetujui di 2020 sebelum Covid-19. Dari hasil diskusi teknis naik ke 485 sumur," ujar Jaffee dalam diskusi virtual, Kamis (12/11).
Jaffee melanjutkan, jumlah pengeboran masih mungkin bertambah dan mencapai 618 sumur pasalnya pengeboran Blok Rokan dan potensi lainnya belum masuk dalam hitungan.
Baca Juga: SKK Migas: Corona hanya berdampak 2,7% terhadap rencana jangka panjang produksi migas
Ke depannya, SKK Migas menargetkan rencana pengeboran dapat terus meningkat hingga mencapai kisaran 1.000 hingga 1.500 sumur di 2025.
"Itu ada potensinya, kita pakai best practice international. Itu asumsi yang kita pakai," pungkas Jaffee.
Sebelumnya demi mencapai target produksi 1 juta barel pada 2030 nanti, SKK Migas menargetkan pengeboran dapat mencapai 1.000 sumur per tahun dalam beberapa tahun mendatang.
Kepala Divisi Eksploitasi SKK Migas Wahju Wibowo bilang, jumlah pengeboran ini diperlukan kegiatan yang masif demi mencapai target.
"Enggak bisa lagi 100 sumur sampai 200 sumur per tahun. Tapi harus 500 sumur sampai 1.000 sumur per tahun," kata Wahju dalam diskusi virtual, Rabu (4/11).
Wahju menjelaskan, dengan target pengeboran 1.000 sumur maka investasi juga akan meningkat.
Baca Juga: Sering telat bayar, APMI minta ada keadilan dalam bermitra dengan KKKS
Peningkatan investasi, menurut Wahyu, bakal mendorong multiplier effect. Bahkan pengeboran 1.000 sumur bukan satu-satunya cara mendorong lifting.
"Masih ada Enhanced Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi. Industri (bisa) bergairah," jelas Wahju.
Kendati demikian, Wahyu berharap, penurunan harga minyak tidak lagi terjadi ke depannya. Penurunan harga minyak disebut berpotensi membuat kontraktor migas merevisi kembali target investasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News