kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SKK Migas: Pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak mempengaruhi proyek hulu migas


Kamis, 17 Desember 2020 / 05:35 WIB
SKK Migas: Pandemi Covid-19 dan rendahnya harga minyak mempengaruhi proyek hulu migas

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menilai, pandemi Covid-19 dan realisasi harga minyak yang rendah mempengaruhi proyek-proyek utama di sektor hulu migas Indonesia.

Sebagai informasi, saat ini terdapat empat Proyek Strategis Nasional (PSN) hulu migas yang sedang berlangsung. Di antaranya adalah proyek Jambaran Tiung Biru (JTB), Tangguh Train III, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Blok Masela.

Plt. Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Susana Kurniasih menyampaikan, dari empat PSN tersebut, terdapat dua proyek yang masih bisa dikontrol kendala-kendalanya, yakni proyek JTB yang digarap oleh PT Pertamina EP Cepu dan Tangguh Train III yang dikelola oleh BP Berau Ltd. “Perlambatan kegiatan di lapangan diharapkan tidak signifikan, sehingga kedua proyek tersebut ditargetkan akan on stream di tahun 2021,” ungkap dia kepada Kontan, Rabu (16/12).

Terkait proyek IDD, Susana menyebut bahwa SKK Migas akan melakukan revisi analisis dampak lingkungan (Amdal) dan revisi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) pada tahun 2021 nanti. Hal ini patut dilakukan mengingat banyak perubahan rencana kegiatan yang akan dilakukan.

Terlepas dari itu, perubahan-perubahan yang terjadi pada pengembangan proyek IDD tidak berdampak pada target on stream yang masih ditetapkan pada tahun 2025 mendatang. “Hanya saja saat ini tantangannya adalah keputusan operator untuk meng-hold pelaksanaan proyek,” terang Susana.

Dalam pemberitaan sebelumnya, proyek IDD tersendat lantaran investor besarnya yaitu Chevron Pacific Indonesia dikabarkan hengkang. Sedangkan untuk proyek Blok Masela, perlambatan yang terjadi lebih banyak disebabkan adanya masalah di internal operator. Maklum, salah satu investor yaitu Royal Dutch Shell Plc memutuskan mundur dari proyek tersebut.

Baca Juga: SKK Migas tetap kejar target produksi minyak 1 juta barel di 2030

Kendati demikian, kegiatan di lapangan yang dilakukan oleh Inpex masih tetap berlangsung. Pada tahun depan, Susana menyebut proyek Blok Masela ditargetkan akan memasuki tahap survei motocean -  onshore, survei G&G, dan pengurusan Amdal. “Ditargetkan proyek Masela akan on stream di tahun 2027,” jelas dia.

Lebih lanjut, SKK Migas berusaha mengawal agar target-target penyelesaian PSN yang telah ditetapkan dapat direalisasikan. Upaya pengawalan dilakukan melalui proses diskusi intensif dengan operator terkait dan monitoring perkembangan proyek secara langsung di lapangan.

Selain itu, pembahasan dengan Kementerian ESDM dan stakeholder lainnya juga dilakukan secara intensif oleh berbagai fungsi di SKK Migas dalam rangka mengawal agar kegiatan PSN dapat berjalan dengan baik.

Contohnya, SKK Migas turut melakukan pembahasan dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan perihal Amdal dan izin penggunaan kawasan hutan. Ada juga pembahasan dengan pemerintah daerah terkait pengadaan lahan serta kelancaran kegiatan di lapangan, dan lain-lain.

Susana juga berkomentar terkait komersialisasi produk migas yang dihasilkan dari keempat PSN tersebut. “SKK Migas terus melakukan pembahasan intensif dengan para calon pembeli baik dalam maupun luar negeri sesuai arahan Kementerian ESDM,” tandas dia.

Selanjutnya: Iklim Investasi Migas Jadi Kunci Produksi 1 Juta Barel

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

×