kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak strategi Astra International (ASII) memperkuat ekosistem digital


Jumat, 30 April 2021 / 09:40 WIB
Simak strategi Astra International (ASII) memperkuat ekosistem digital

Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) tak ingin tertinggal dalam laju kencang ekonomi digital. Salah satu konglomerasi bisnis raksasa di Indonesia ini pun gencar melakukan digitalisasi anak usaha serta berinvestasi pada usaha rintisan berbasis teknologi (start up).

Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti membeberkan, digitalisasi yang dimaksud terdiri dari proses modernisasi di dalam Grup Astra serta melakukan investasi pada ekonomi digital. 

"Astra telah serius mengembangkan digitalisasi dari beberapa tahun terakhir dengan tujuan utama agar Astra tetap relevan di tengah dinamika perkembangan teknologi," kata Tira saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (29/4).

Baca Juga: Masih bisa diburu, ini jadwal pembagian dividen Astra International (ASII)

Inisiatif pengembangan digitalisasi Grup Astra dilakukan oleh masing-masing unit bisnis. Hasilnya, Grup Astra memiliki produk-produk digital sendiri, seperti SEVA, Movic, CariParkir, Moxa, AstraPay dan Digiroom. "Selain itu, kami juga tetap melihat peluang untuk berinvestasi pada ekonomi digital, dengan mempertimbangkan sektor-sektor yang sedang berkembang," sebut Tira.

Dia memberikan gambaran, sektor yang tetap cemerlang di tengah pandemi covid-19 antara lain layanan kesehatan (HealthTech). Oleh sebab itu, baru-baru ini Astra juga sudah menyuntikan dana ke Halodoc, salah satu platform layanan kesehatan berbasis digital terbesar.

Pada bulan Maret dan April ini, Astra sudah menggelontorkan dana hingga US$ 40 juta atau sekitar Rp 580 miliar ke Halodoc dan Sayurbox. Rincinya, US$ 5 juta (sekitar Rp 72,5 miliar) diinvestasikan Astra ke Sayurbox pada bulan Maret, dan US$ 35 juta (sekitar Rp 507,5 miliar) ke Halodoc pada bulan April.

 

Sebelumnya, Astra Grup juga sudah menanamkan investasi ke SuperApss, Gojek. Dengan jumlah total US$ 250 juta yang disuntikkan pada tahun 2018 dan 2019. Sayangnya, Tira belum membuka rencana ekspansi digital atau investasi start up Astra Grup ke depannya. "Astra akan sampaikan ke publik jika ke depan ada corporate action," pungkas Tira.

Seperti diketahui, industri digital dengan beragam segmen dan platform-nya digadang bakal menjadi tumpuan ekonomi Indonesia di masa depan. Dengan potensi pasar yang melimpah, Indonesia pun telah melahirkan usaha rintisan berbasis digital dengan nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar (unicorn) hingga yang berlabel decacorn (valuasi lebih dari US$ 10 miliar).

Peran dari konglomerasi besar masih dominan. Korporasi berskala jumbo macam Djarum Grup, EMTEK, Sinar Mas Grup, hingga Grup Lippo rajin membanjiri investasi pada platform digital dengan berbagai segmen ini. Tak hanya dari swasta, badan usaha plat merah, khususnya Telkom Grup juga gencar menanamkan modal pada perusahaan rintisan berbasis digital.

Selanjutnya: Investasi Astra International (ASII) di Gojek sudah mencapai US$ 250 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

×