Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) alias USD berpotensi lanjut melemah pada Kamis (17/11). Analis DCFX Futures Lukman Leong mengatakan, tekanan rupiah berasal dari adanya kekhawatiran terhadap potensi melambatnya pertumbuhan ekonomi.
Pasalnya, data neraca perdagangan terbaru memperlihatkan kenaikan impor yang jauh lebih kecil dari perkiraan meski secara keseluruhan mencatatkan surplus besar. Kenaikan impor yang jauh lebih kecil ini mencerminkan melemahnya permintaan.
Peningkatan kasus Covid-19 juga dikhawatirkan akan menambah tekanan pada ekonomi.
"Pelaku pasar turut mengantisipasi rapat Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga 50 basis points (bps)," kata Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (16/11).
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Tertekan ke Rp 15.610 per Dolar AS, Rabu (16/11)
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menambahkan, pelaku pasar mengantisipasi pernyataan dari petinggi The Fed. Bank sentral AS ini diprediksi masih akan menaikkan suku bunga acuan meski dengan tendensi yang lebih rendah.
"Sebelumnya, pasar berspekulasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps, namun kondisi terkini bergeser menjadi 50 bps pada FOMC meeting Desember 2022 mendatang," ucap Reny.
Data ekonomi terbaru juga belum memberikan kekuatan bagi rupiah. Menurut Reny, neraca perdagangan Oktober 2022 yang surplus sebesar US$ 5,67 miliar belum cukup kuat menahan pelemahan rupiah.
Reny memperkirakan, nilai tukar rupiah masih akan melemah dalam kisaran Rp 15.560-Rp 15.645 per dolar AS pada perdagangan Kamis (17/11). Sementara Lukman memprediksi pergerakannya akan berada di rentang Rp 15.550-Rp 15.700 per dolar AS.
Berdasarkan Bloomberg, nilai tukar rupiah melemah 0,40% ke level Rp 15.599,5 per dolar AS pada Rabu (16/11). Sementara itu, menurut kurs acuan JISDOR BI, nilai tukar rupiah melemah 0,29% menjadi Rp 15.610 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News