kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Sentil Negara Maju, Jokowi: Komitmen Terapkan Pembiayaan Iklim Sangat Rendah


Minggu, 15 Mei 2022 / 05:10 WIB
Sentil Negara Maju, Jokowi: Komitmen Terapkan Pembiayaan Iklim Sangat Rendah

Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyentil komitmen negara maju dalam isu perubahan iklim. Jokowi menyampaikan tiga poin penting terkait penanganan perubahan iklim dalam pertemuan para pemimpin negara-negara ASEAN dengan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris, di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5).

“Pembiayaan iklim yang harus terpenuhi, kerja sama transisi energi diperkuat, dan investasi di ekonomi hijau harus ditingkatkan,” kata Jokowi dalam pertemuan tersebut yang khusus membahas isu perubahan iklim, transformasi energi bersih,dan infrastruktur yang berkelanjutan.

Terkait pembiayaan iklim, Jokowi mendorong komitmen negara maju lainnya untuk memenuhi semua komitmennya dalam pencapaian NDC (Nationally Determined Contributions) secara global. Menurut Jokowi, pada periode 2000-2019, ASEAN hanya memperoleh US$ 56 miliar atau sekitar 10% dari total dukungan pembiayaan iklim negara maju.

“Saya harus terus terang bahwa komitmen negara maju untuk implementasi isu pembiayaan iklim sangat rendah. Kondisi ini menjadi penghambat pencapaian NDC secara global,” ujar Jokowi dalam siaran pers di website setkab.go.id, Sabtu (14/5).

Baca Juga: Jokowi: Hentikan Perang di Ukraina Sekarang Juga

Selain itu, Presiden Jokowi mengatakan, ASEAN berkomitmen meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dari 14% pada 2018 menjadi 23% pada 2025. Upaya ini memerlukan investasi dan teknologi setidaknya US$ 367 miliar di sektor energi bersih. Di Indonesia, transisi energi 8 tahun ke depan membutuhkan US$ 30 miliar.

Dalam pertemuan tersebut, Jokowi juga menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia terkait transisi energi, yaitu potensi energi terbarukan sekitar 437 gigawatt baik dari energi surya, bayu maupun panas bumi yang saat ini, pemanfaatannya baru mencapai 0,3% dari total potensi.

“Indonesia juga miliki potensi besar sebagai hub pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan yang akan kita butuhkan lima tahun ke depan,” kata Jokowi.

Sementara itu terkait investasi ekonomi hijau, Jokowi mengungkapkan potensi peluang ekonomi yang besar dalam pengembangan ekonomi hijau. Oleh karena itu diperlukan mekanisme yang mempertemukan tidak saja sektor pemerintah namun juga dunia usaha.

Menurut Jokowi, investasi di sektor infrastruktur hijau bisa menjadi unsur penting kolaborasi ASEAN-AS yang membutuhkan setidaknya US$ 2 triliun dalam 1 dekade mendatang.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Utusan Khusus Presiden AS untuk Iklim John Kerry, Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm, dan Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg.

Turut mendampingi Presiden Jokowi yaitu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dan Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani. Sementara, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengikuti acara di ruangan terpisah.

Baca Juga: ASEAN Komitmen Tingkatkan EBT 23% di 2025, Jokowi: Memerlukan Investasi dan Teknologi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×