kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.800   -121,00   -0,77%
  • IDX 7.322   55,53   0,76%
  • KOMPAS100 1.120   5,81   0,52%
  • LQ45 885   5,41   0,62%
  • ISSI 222   1,93   0,88%
  • IDX30 453   1,57   0,35%
  • IDXHIDIV20 545   1,27   0,23%
  • IDX80 128   0,70   0,54%
  • IDXV30 137   1,60   1,18%
  • IDXQ30 151   0,42   0,28%

Selama Nataru, Industri Mamin Diprediksi Tumbuh Sekitar 10%-15%


Rabu, 07 Desember 2022 / 08:30 WIB
Selama Nataru, Industri Mamin Diprediksi Tumbuh Sekitar 10%-15%

Reporter: Vina Elvira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Produsen Makanan dan Minuman (mamin) Indonesia (GAPMMI) memproyeksikan penjualan mamin bakal tumbuh sekitar 10%-15% selama momentum natal dan tahun baru (Nataru). Hal ini menyusul beragam kegiatan Natal yang dilakukan masyarakat seiring dengan pulihnya aktivitas sosial paska pandemi dua tahun terakhir. 

Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman menyatakan bahwa penjualan selama Nataru memang biasanya meningkat. Namun peningkatannya tidak akan sebesar pada saat periode puasa dan lebaran. 

"Perkiraan saya peningkatan sekitar 10%-15% dan tahun ini saya dapat informasi juga pasar juga cukup stabil dan Nataru ini ada peningkatan," ungkap Adhi, kepada Kontan.co.id, Selasa (6/12). 

Meski ada peningkatan dibandingkan hari-hari biasa, permintaan produk mamin pada momen Nataru kali ini belum kembali seperti kondisi sebelum pandemi. Pasalnya, pertumbuhan selama Nataru biasanya bisa mencapai di atas 20% dari penjualan di bulan-bulan sebelumnya. 

Baca Juga: Kinerja Manufaktur RI Diperkirakan Melambat, Menko Ekonomi Minta Pemda Antisipasi

Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama berkaitan dengan daya beli konsumen yang belum sepenuhnya pulih ke kondisi normal. 

Selain itu, polemik yang terjadi di Indonesia seperti kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) juga sempat membuat daya beli konsumen sedikit melandai. Tapi, kondisi itu bisa dipulihkan kembali lewat beberapa inisiatif pemerintah seperti pemberian subsidi kepada masyarakat. 

"Jadi sektor mamin ini selama September-Oktober agak sedikit landai. November mulai baik dan di Desember lebih baik lagi, tapi tidak sedrastis yang tahun-tahun normal," sebut dia. 

Menurut Adhi, di tengah lonjakan harga bahan baku dan biaya energi industri mamin saat ini harus fokus pada upaya efisiensi dari sisi manufaktur. Ini mesti dilakukan agar harga jual produk tidak naik terlalu tinggi, sehingga daya beli konsumen selama momen Nataru ini bisa tetap terjaga. 

"Meski biaya naik semua, bahan baku, logistik, energi cukup tinggi peningkatannya. Kami berjuang bagaimana tidak menaikkan harga terlalu tinggi. Ini strategi kami supaya harga tetap terjangkau dan masyarakat tetap membeli," jelasnya. 

Baca Juga: Tahun Depan, Ekonom Sebut Indonesia Masih Menarik bagi Investor Asing

Di samping itu, pemasaran digital dengan memanfaatkan media sosial juga banyak dilakukan industri mamin untuk meningkatkan brand awareness. Menurut Adhi, cara ini cukup efektif mengingat jangkauannya yang sangat luas.

Meski begitu, dari sisi penjualan memang masih didominasi oleh penjualan ritel secara fisik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

×