kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah pengembang properti mengkaji penyesuaian harga


Rabu, 24 Maret 2021 / 11:15 WIB
Sejumlah pengembang properti mengkaji penyesuaian harga

Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah pengembang properti sudah mengkaji penyesuaian harga seiring dengan kenaikan harga besi dan baja di ritel. 

Sebelumnya, produsen besi dan baja lokal mengakui terjadi kenaikan harga jual di tingkat konsumen mulai dari 20% hingga 50% karena imbas dari naiknya biaya bahan baku di dunia. Selain itu, permintaan besi dan baja juga meningkat di tengah terbatasnya pasokan. Industri besi dan baja lokal memproyeksikan harga jual bisa terus merangkak naik mengikuti harga bahan baku. 

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati melihat kenaikan harga besi dan baja akan memberikan efek domino bagi sektor infrastruktur dan properti.  "Dampaknya bisa terjadi pembengkakan biaya di sektor infrastruktur dan properti dan berujung pada naiknya harga jual produk properti," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/3). 

Dia menilai, pengembang tentu tidak mau menanggung rugi sehingga begitu biaya pembangunan naik, pasti harga penjualan produk properti yang baru juga akan terkerek naik. Menurut Enny, kenaikan hal ini dapat berujung pada perlambatan sektor properti baik itu dari segi pembangunan maupun penyerapan produk ke depanya. 

Senada dengan kata Ekonom Indef, sejumlah pengembang properti sedang mengkaji penyesuaian harga untuk produk yang sedang dalam proses pembangunan. 

Direktur Independen PT Ciputra Development Tbk (CTRA), Tulus Santoso menjelaskan rentang rata-rata sebenarnya atau Average True Range (ATR) kontribusi komponen besi dan baja ke proyek rumah tapak serta highrise di kisaran 5% hingga 10%. 

"Maka dari itu, proyeksinya akan ada kenaikan harga jual untuk rumah tapak sekitar 1%-2% saja dan untuk bangunan highrise bisa sampai 5% kenaikannya," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/3). 

Baca Juga: BUMN berupaya meningkatkan permodalan untuk pengembangan usaha

Tulus bilang, sementara ini CTRA masih menunggu perkembangan harga selanjutnya karena masih menjual stok yang masih ada dan bangunan under construction. CTRA memproyeksikan tahun ini semestinya bisa lebih baik dibandingkan tahun lalu, walaupun masih sangat tergantung bagaimana penanganan atas situasi pandemi. 

Begitu juga dengan, PT Intiland Development Tbk (DILD) yang melihat kenaikan harga besi dan baja bisa mempengaruhi harga jual produk properti. 

Sekretaris Perusahaan DILD, Theresia Rustandi mengatakan Kenaikan harga besi dan baja tidak hanya akan mempengaruhi harga jual produk properti, namun bisa berpengaruh ke banyak produk lainnya yang di dalamnya ada unsur besi dan baja. "Jadi dengan kondisi seperti ini, maka akan banyak adjustment biaya dan harga," jelasnya saat dihubungi terpisah. 

Namun, Theresia menegaskan untuk Intiland sendiri, kebetulan sudah mempunyai komitmen jangka panjang untuk material proyek yang saat ini sedang dalam proses konstruksi. "Kami akan terus melakukan review secara regular untuk perkembangan yang terjadi," kata dia. 

Theresia mengungkapkan saat ini DILD belum bisa menentukan penyesuaian harga jual produk properti dengan adanya kenaikan harga besi dan baja. Menurutnya, banyak hal yang harus dipertimbangkan, bukan hanya satu material saja. "Kondisi saat ini sebetulnya justru menjadi saat yang terbaik  bagi konsumen untuk membeli properti.  Konsumen harus jeli dan cepat menangkap peluang yang baik ini," imbuhnya.

Tak hanya proyek properti yang kena imbas, proyek di bidang konstruksi juga merasakan dampaknya. Corporate Secretary PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Mahendra Vijaya belum bisa memerinci karena masih harus mengevaluasi data dari lapangan. 

"Yang jelas, kenaikan harga besi dan baja akan berpengaruh untuk proyek-proyek baru. Adapun untuk proyek yang sudah berjalan harga pengadaannya sudah terkontrak di depan," kata Mahendra.  

Selanjutnya: Harga bahan bangunan naik, begini efek domino ke sektor infrastruktur dan properti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×