kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sederet aset kripto memerah dalam sebulan terakhir, ini penyebabnya


Senin, 13 Desember 2021 / 06:15 WIB
Sederet aset kripto memerah dalam sebulan terakhir, ini penyebabnya

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar aset kripto dalam sebulan terakhir tengah mendapatkan rapor merah. Merujuk Coinmarketcap, kelima aset kripto dengan kapitalisasi terbesar semuanya mengalami koreksi harga sebesar dua digit.

Binance Coin (BNB) menjadi aset yang koreksinya tidak terlalu dalam dengan hanya turun 11,12% dalam sebulan terakhir. Sementara Ethereum (ETH), koreksi harganya menyentuh 15,35%. Lalu, untuk Bitcoin (BTC) dan Solana (SOL) masing-masing mengalami penurunan 24,35% dan 27,72%. Cardano (ADA) jadi aset yang koreksinya paling dalam, yakni 34,72%

CEO Triv Gabriel Rey meyakini tertekannya kinerja Bitcoin dan aset kripto secara keseluruhan dalam sebulan terakhir tidak terlepas dari adanya tiga kejadian besar. 

Pertama, keputusan The Fed yang mempercepat proses tapering sehingga berpotensi mempercepat kenaikan suku bunga acuan. Mengingat hal ini tidak diantisipasi pasar, efeknya menjadi sentimen negatif bagi beragam aset investasi, termasuk kripto.

Baca Juga: Bitcoin terjungkal 28% dalam sebulan terakhir, efek tapering dan kasus Evergrande

Berikutnya, perkembangan terbaru dari kasus Evergrande yang resmi menyatakan tidak sanggup melunasi kewajibannya alias default. Menurut Gabriel, hal ini berpotensi memberikan trickle down effect sehingga menekan Bitcoin dan aset kripto. Terlebih lagi, Tether berpotensi terbawa dalam pusaran kasus Evergrande ini.

“Ketiga, angka inflasi Amerika Serikat yang tetap tinggi, bahkan jauh lebih tinggi dari level pre-pandemi. Hal ini membuat sentimen risk-off sehingga aset-aset berisiko seperti aset kripto, termasuk Bitcoin jadi dijauhi terlebih dahulu,” jelas Gabriel ketika dihubungi Kontan.co,id, Minggu (10/12).

Lebih lanjut, ia juga melihat dalam jangka pendek ini pasar kripto belum dinaungi sentimen positif yang bisa mengangkat harga Bitcoin. Apalagi, belum lama Securities and Exchange Commission telah menolak ETF Bitcoin spot Vaneck.

Oleh sebab itu, Gabriel menyebut bulan Desember yang biasanya jadi periode hijau aset kripto, bisa saja tidak terjadi pada tahun ini. 

Baca Juga: NFT kian tren, semakin luas dan bisa masuk ke dalam berbagai aset komoditas

Oleh karena itu, ia menyebut investor sebaiknya wait and see dan berhati-hati dulu menginat ada tiga kejadian besar yang tengah menyelimuti pasar kripto. Sementara untuk Bitcoin, ia merekomendasikan bagi para investor jangka pendek sebaiknya untuk berhati-hati karena volatilitas harga Bitcoin akan tinggi dalam waktu dekat.

Sedangkan untuk investor yang percaya Bitcoin secara jangka panjang, menurutnya momentum koreksi harga Bitcoin bisa dimanfaatkan untuk melakukan dollar cost averaging (DCA).  “Ketika harga turun mendekati US$ 40.000 bisa dimanfaatkan melakukan aksi beli, lalu jika berhasil tembus US$ 50.000 atau malah US$ 60.000 bisa lakukan profit taking,” tutup Gabriel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×