Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ilmuwan China berhasil mengkloning tiga sapi super yang mampu menghasilkan 18.000 liter susu per tahun dan lebih dari 100.000 liter susu dalam hidup mereka. Ini merupakan suatu prestasi yang dapat membantu mengurangi ketergantungan China pada sapi perah impor.
Melansir The Straits Times, menurut seorang ahli yang terlibat dalam percobaan, susu yang dihasilkan tidak berbeda dengan yang dihasilkan oleh klon asli. Setelah anak hasil kloning mencapai usia dua tahun, mereka dapat mulai memproduksi susu untuk pasar.
Menurut rilis berita dari universitas, untuk mengkloning hewan tersebut, para ilmuwan dari Northwest University of Agricultural and Forestry Science and Technology mengambil sel somatik dari telinga sapi Belanda Holstein Frisian yang sangat produktif dan menempatkannya pada sapi pengganti.
Teknik, yang dikenal sebagai transfer nuklir sel somatik, sama dengan yang digunakan untuk membuat Domba Dolly pada tahun 1996, mamalia hasil kloning pertama di dunia.
Ketiga anak sapi itu lahir di kota Lingwu, daerah otonom Ningxia Hui. Anak sapi pertama lahir pada 30 Desember 2022 melalui operasi caesar. Beratnya 56,7 kg dan memiliki bentuk dan pola yang sama dengan sapi yang dikloning.
Setelah dewasa, klon tersebut diharapkan dapat menghasilkan 18.000 liter susu per tahun. Sebagai perbandingan, rata-rata sapi di Amerika Serikat menghasilkan sekitar 12.000 liter susu setiap tahunnya, menurut data dari Departemen Pertanian AS.
Baca Juga: Ramai Dibahas, Jam Kiamat Bergerak ke 90 Detik Gara-Gara Ancaman Nuklir Meningkat
Jin Yaping, ilmuwan utama proyek tersebut, mengatakan bahwa mengkloning “sapi super” akan memungkinkan China melestarikan ras sapi perah terbaiknya dan menghindari risiko biosekuriti yang ditimbulkan dengan mengimpor sapi hidup dari negara lain. China saat ini mengimpor sekitar 70% sapi perahnya.
“Kami berencana memelihara 1.000 ekor sapi super dalam dua hingga tiga tahun. Ini akan memberikan dukungan utama dalam menciptakan sapi jantan dan sapi perah kita sendiri, sehingga mengurangi ketergantungan China pada impor sapi,” katanya.
Mengutip Global Times, laporan media mencatat bahwa China sebagian besar bergantung pada impor sapi perah untuk memenuhi permintaan susu dan keju yang meningkat.
Jin mengatakan kepada Global Times bahwa percobaan mereka menghasilkan 120 embrio kloning, 42% di antaranya ditanamkan ke sapi pengganti. Pada hari ke 200, sekitar 18% masih dalam kondisi subur.
“Kami berencana membutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk membangun kawanan yang terdiri dari lebih dari 1.000 sapi super, sebagai dasar yang kuat untuk mengatasi ketergantungan China pada sapi perah luar negeri,” kata Jin.
Baca Juga: WHO: Tak Ada Varian COVID baru di China, Namun Angka Kematian Tak Sesuai
The Straits Times memberitakan, setelah berita tentang sapi hasil kloning tersiar, banyak netizen yang bertanya-tanya apakah aman untuk meminum susunya. Pada tahun 2008, Food and Drug Administration di AS mengatakan daging dan susu dari klon sama amannya dengan hewan yang dibiakkan secara konvensional.
Wang Bingke, salah satu ilmuwan yang terlibat dalam kloning sapi, mengatakan bahwa susunya sama dengan yang dihasilkan oleh sapi asli.
“Tidak ada penyuntingan gen dalam prosesnya, sehingga sapi hasil kloning sama seperti hewan aslinya, sehingga nilai gizi susunya sama,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, China telah membuat kemajuan besar dalam kloning hewan. Prestasi penting termasuk monyet hasil kloning pertama di dunia pada tahun 2017 dan serigala Arktik hasil kloning pertama di dunia pada tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News