kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,22   -10,30   -1.10%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia Sebut Pengiriman Senjata ke Ukraina Hambat Upaya Negosiasi


Senin, 27 Februari 2023 / 18:16 WIB
Rusia Sebut Pengiriman Senjata ke Ukraina Hambat Upaya Negosiasi

Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Mantan presiden Rusia sekaligus pendukung Presiden Vladimir Putin, Dmitry Medvedev, pada hari Senin (27/2) kembali mengingatkan bahwa pasokan senjata yang tiada henti ke Ukraina bisa memicu bencana nuklir global.

Medvedev, yang kini menjabat Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, menilai pengiriman senjata adalah salah satu penghambat upaya negosiasi untuk mengakhiri perang.

"Tentu saja, pengiriman senjata dapat berlanjut dan mencegah segala kemungkinan untuk menghidupkan kembali negosiasi," katanya, seperti dikutip Reuters.

Dalam pernyataan yang terbit di harian Izvestia, Medvedev mengatakan para rivalnya di Barat terus memberikan dukungan senjata kepada Ukraina tanpa memikirkan dampaknya di masa depan.

Baca Juga: Risiko Nuklir Semakin Meningkat Setelah Putin Batalkan Perjanjian dengan AS

Komentar itu disampaikan Medvedev menyusul adanya peringatan dari Putin tentang penggunaan senjata nuklir pekan lalu. 

"Musuh kita tidak ingin memahami bahwa tujuan mereka pasti akan berujung pada kegagalan total. Hancur. Kiamat. Anda akan lupa tentang kehidupan Anda sebelumnya, sampai puing-puing berhenti memancarkan radiasi," lanjut Medvedev.

Pernyataan Medvedev menggambarkan konfrontasi antara Rusia dan Barat sebagai pertempuran eksistensial untuk kelangsungan hidup Rusia dan rakyat Rusia.

Baca Juga: China Berharap Rusia dan Ukraina Segera Melakukan Gencatan Senjata

Retorika apokaliptik Medvedev dipandang sebagai upaya untuk mencegah aliansi militer NATO, yang dimotori AS, serta sekutu Barat Ukraina lainnya untuk terlibat lebih jauh dalam perang.

Tepat pada tanggal 24 Februari lalu perang di Ukraina genap berusia satu tahun. Perang, yang oleh Rusia disebut operasi militer khusus, masih berlanjut tanpa ada tanda-tanda perdamaian.

Rusia yang dianggap jadi pemicu konflik pun mulai merasakan kemunduran di medan perang. Menipisnya sumber daya Rusia muncul bersamaan dengan datangnya pasokan senjata yang semakin deras dari Barat ke Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×