Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi mengawali perdagangan pada Senin (12/4) dengan tekanan. Katalis negatif bagi rupiah datang dari sentimen eksternal yang diperkirakan akan disebabkan oleh rilis data ekonomi dari Amerika Serikat (AS).
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pergerakan rupiah akan didominasi oleh sentimen rilis data Producer Price Index (PPI) AS. Ia menyebut, besar kemungkinan data tersebut akan jauh lebih baik dibandingkan data sebelumnya.
“Dengan menguatnya PPI AS, hal ini akan mendorong kenaikan yield US Treasury. Dus, rupiah berpotensi mengalami tekanan seiring dengan naiknya yield US Treasury tersebut,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (9/4).
Baca Juga: IHSG rawan koreksi pada Senin (12/4)
Josua menambahkan, rupiah sendiri sebelumnya sudah tertekan akibat ekspektasi peningkatan inflasi global. Ekspektasi tersebut diakibatkan oleh rilis data PPI China, yang tercatat naik 4,4% yoy, lebih tinggi dibandingkan perkiraan, 3,4% yoy.
Pada akhirnya, ekspektasi inflasi mendorong kenaikan yield UST, yang kemudian meningkatkan permintaan dolar AS di negara-negara Asia, sehingga mayoritas mata uang Asia melemah terhadap dolar AS, termasuk rupiah.
Pada Senin, Josua memperkirakan rupiah akan diperdagangkan pada rentang Rp 14.500 - Rp 14.600 per dolar AS.
Baca Juga: Rupiah tertekan dalam perdagangan pekan ini, berikut sentimen pemicunya
Adapun, pada akhir pekan lalu, rupiah di pasar spot tercatat ditutup melemah ke level 0,21% ke level Rp 14.565 per dolar AS. Dengan demikian, dalam sepekan tercatat melemah 0,28%.
Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah pada Jumat (9/4) ditutup flat di Rp 14.580 per dolar AS. Namun, jika dihitung dalam sepekan, mata uang Garuda ini melemah tipis 0,02%.
Selanjutnya: Yield US Treasury mulai turun, kurs rupiah pekan ini masih melemah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News