Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman gagal bayar utang dan resesi yang menimpa Amerika Serikat (AS) berdampak pada industri atau emiten-emiten di Tanah Air yang berfokus mengekspor barang ke AS. Salah satu emiten yang terdampak situasi buruk di AS yakni PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) alias Sritex.
Direktur Keuangan dan Corporate Secretary Sritex Welly Salam mengatakan dampak ekspor ke AS saat ini mengalami penurunan dikarenakan beberapa faktor antara lain kenaikan inflasi akibat kenaikan suku bunga dan penguatan rupiah.
Selain itu juga ada dampak penurunan harga komoditas, penurunan permintaan serta kondisi geopolitik yang kurang kondusif akibat perang Rusia Ukraina.
"Mengingat kondisi makro ekonomi dan geopolitik yang kurang kondusif, maka pengalihan pasar difokuskan pada negara-negara di Asia dan Afrika, serta terutama di Indonesia sendiri," kata Welly kepada Kontan.co.id, Senin (15/5).
Baca Juga: Indocement (INTP) Optimistis Permintaan Semen Meningkat Usai Usai Libur Lebaran
Untuk itu, Welly bilang Sritex mempunyai rencana bisnis di antaranya, pertama, mengoptimalisasikan sumber daya yang ada untuk peningkatan kinerja. Kedua, konsolidasi internal, terutama terkait efisiensi.
Ketiga, reorganisasi Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM. Keempat, reorganisasi bisnis menjadi bisnis unit benang, kain, dan garmen sehingga lebih mempertajam pencapaian masing masing bisnis unit sebagai profit center.
Kelima, penetrasi pangsa pasar dan pelanggan baru khususnya di Asia Afrika dan terutama di dalam negeri. Keenam, inovasi produk sesuai perkembangan pasar.
"Dan yang terakhir, review dan evaluasi secara berkala strategi Perseroan atas perubahan perubahan kondisi makro," pungkas Welly.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News