kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reksadana Saham Diprediksi Berkinerja Positif hingga Akhir Tahun Nanti


Selasa, 10 Mei 2022 / 08:15 WIB
Reksadana Saham Diprediksi Berkinerja Positif hingga Akhir Tahun Nanti

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana saham jadi reksadana yang paling moncer kinerjanya sepanjang tahun ini. Bahkan, sepanjang April kemarin, kinerja reksadana yang tercermin dari Edvisor Total Equity Funds Index berhasil naik 3,20%. Hal tersebut membuat kinerja reksadana saham sepanjang empat bulan pertama ini menjadi tumbuh 6,33%. 

Berbanding 180 derajat, nasib reksadana pendapatan tetap justru terpuruk. Pasalnya, rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap yang tercermin melalui Edvisor Total Fixed Income Funds Index turun -0,73% sepanjang April 2022. Sekaligus membuat kinerjanya sepanjang Januari - April melemah -0,85%. 

Walaupun sudah mengalami penguatan yang cukup signifikan, reksadana saham dinilai masih berpotensi melanjutkan tren positif tersebut pada sisa tahun ini. Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengekspektasikan IHSG masih bisa bergerak menuju ke level 7.500 - 8.000.

Jika hal tersebut berlanjut, maka besar kemungkinan kinerja reksadana saham akan ikut naik. 

Baca Juga: Terangkat IHSG, Reksadana Saham Berkinerja Paling Apik hingga April

“Masih ada sentimen seperti kenaikan harga komoditas yang berpotensi mengangkat kinerja sektor energi dan komoditas. Lalu, pemulihan ekonomi berpotensi mengangkat laporan keuangan seluruh sektor, dengan laporan keuangan yang lebih baik, diharapkan bisa menjadi dasar penguatan IHSG,” kata Rudiyanto ketika dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/5).

Sementara untuk reksadana pendapatan tetap, Rudiyanto memperkirakan masih akan tertekan seiring dengan inflasi yang masih terus naik. Meski inflasi di seluruh dunia meningkat, menurutnya tingkat inflasi Indonesia diperkirakan baru masih di kisaran level 4%.

Jadi, masih lebih kecil dibandingkan inflasi di Amerika Serikat dan Eropa yang hampir atau bahkan sudah di atas 10%

Kendati begitu, inflasi yang tinggi tadi menimbulkan spekulasi yang berlebihan akan kebijakan suku bunga. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan arah pergerakan harga obligasi, terutama yang obligasi negara menjadi sulit untuk ditebak.

Baca Juga: Reksadana Saham Catat Kinerja Apik, Reksadana Pendapatan Tetap Justru Tertekan

“Namun jika tingkat inflasi sudah mulai mereda, atau paling tidak stabil di semester kedua nanti, kinerja reksadana pendapatan tetap berpotensi rebound. Hanya saja, yield SBN acuan 10 tahun mungkin akan cukup sulit untuk kembali ke level 6%, tetapi di sekitar 6,5% - 6,8%,” imbuhnya. 

Sedangkan untuk reksadana pasar uang, dia melihat akan ada potensi katalis positif dari potensi kenaikan suku bunga. Hanya saja, ia mengingatkan, kenaikan suku bunga tidak segera diikuti kenaikan deposito yang mayoritas menjadi portofolio reksadana pasar uang.



TERBARU

×