kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rekomendasi WHO: Penerima vaksin berbasis virus tak aktif harus terima dosis booster


Kamis, 09 Desember 2021 / 23:05 WIB
Rekomendasi WHO: Penerima vaksin berbasis virus tak aktif harus terima dosis booster

Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JENEWA. Panel penasehat vaksin Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan orang-orang yang kekebalannya terganggu atawa menerima vaksin Covid-19 yang mengandung virus corona tak aktif harus menerima dosis booster.

Banyak negara telah meluncurkan vaksin booster, menargetkan orangtua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Tapi, kekhawatiran atas varian Omicron telah mendorong beberapa negara untuk memperluas penggunaannya ke sebagian besar populasi mereka.

Dengan tingkat vaksinasi yang rendah di sebagian besar negara berkembang, WHO dalam beberapa bulan terakhir menyatakan, pemberian dosis primer harus menjadi prioritas dibanding suntikan booster.

Rekomendasi WHO tersebut muncul setelah Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) tentang imunisasi mengadakan pertemuan pada Selasa (7/12) lalu untuk mengevaluasi kebutuhan vaksin booster.

Baca Juga: 2 Ilmuwan top ini bilang, varian Omicron tidak lebih buruk dari Delta

Melansir Reuters, Ketua SAGE Alejandro Cravioto mengatakan pada Kamis (9/12), data yang muncul menunjukkan, kemanjuran vaksin terhadap Covid-19 berkurang, dengan penurunan yang signifikan terlihat pada orangtua khususnya.

"Vaksin Covid-19 melindungi sangat baik selama enam bulan setelah dosis terakhir dengan beberapa pengurangan kecil, sedang, dalam perlindungan," kata Kate O'Brien, Direktur Departemen Imunisasi WHO, seperti dikutip Reuters.

Vaksin tidak aktif yang menggunakan virus corona dan menonaktifkan atau membunuhnya menggunakan bahan kimia, panas atau radiasi, dibuat oleh Sinovac Biotech, Sinopharm, dan Bharat Biotech.

Menurut Cravioto, dosis tunggal vaksin Johnson & Johnson masih efektif. Tetapi, data dari uji klinis perusahaan itu yang menggunakan dua dosis jelas menunjukkan manfaat dari vaksinasi lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×