kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Realisasi kartu kredit masih tipis, perbankan perhatikan potensi NPL


Selasa, 17 November 2020 / 07:00 WIB
Realisasi kartu kredit masih tipis, perbankan perhatikan potensi NPL
ILUSTRASI.

Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga saat ini, tren transaksi kartu kredit masih mencatat perlambatan di tengah pandemi Covid-19 yang belum juga usai di dalam negeri. Merujuk data Bank Indonesia (BI) realisasi kartu kredit sejak Januari hingga September 2020 tercatat sebesar Rp 180,6 triliun. 

Walau terlihat besar, posisi itu jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi di akhir 2019 yang menyentuh Rp 342,68 triliun. 

Bukan hanya transaksi yang melambat, pandemi juga membuat risiko non performing loan (NPL) pada bisnis kartu kredit meningkat. Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini hal tersebut. 

Baca Juga: Ingin taruh dana di deposito? Perhatikan dulu hal-hal berikut ini

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, per September 2020 lalu mencatatkan NPL kartu kredit sebesar 3,55%. Walau tinggi, Direktur BCA Santoso Liem mengisyaratkan bahwa sejatinya tren tersebut terus menurun sejak bulan Juli 2020 sejalan dengan meningkat kembali penggunaan kartu kredit oleh konsumen. 

Tren penurunan NPL tersebut tambah Santoso juga disebabkan meningkatnya kemampuan bank dalam memberikan solusi bagi pemegang kartu kredit yang memiliki potensi bermasalah dalam pembayaran kartu kredit akibat pandemi. "Misalnya dengan program konversi tagihan menjadi cicilan dengan bunga ringan bagi yang membutuhkan," ujar Santoso, Minggu (15/11) malam. 

Sebagai informasi saja, bisnis kartu kredit BCA memang tercatat mengalami perlambatan sebesar 18,5% secara year on year (yoy) dari Rp 13,41 triliun menjadi Rp 10,92 triliun. Meski begitu, secara kuartalan terjadi peningkatan sebesar 2,7% (qoq). Hal ini menjadi penanda bagi perseroan bahwa tren transaksi belanja di masyarakat mengarah ke level pemulihan. 



TERBARU

×