kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rasio Gini Indonesia Turun, Apa Artinya?


Selasa, 18 Januari 2022 / 06:20 WIB
Rasio Gini Indonesia Turun, Apa Artinya?

Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rasio gini yang mengukur ketimpangan pengeluaran ini per September 2021 turun menjadi 0,381. 

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, rasio gini ini menurun dari Maret 2021 yang sebesar 0,384 dan juga lebih rendah dibandingkan rasio gini pada September 2020 yang sebesar 0,385. 

“Di sini terlihat semakin baik. Karena rasio gini ini makin mendekati nol makin menunjukkan tingkat kesenjangan yang makin menyempit. Kalau mendekati satu, kesenjangan tinggi,” ujar Margo, Senin (17/1). 

Baca Juga: Data Baru BPS: Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Berkurang

Margo menyebut, kondisi ketimpangan pengeluaran penduduk di desa nampak lebih baik daripada kondisi ketimpangan penduduk di kota.  Ini terlihat dari rasio gini perkotaan yang mencapai 0,398 atau lebih tinggi dari pedesaan yang sebesar 0,314.

Meski begitu, angka rasio gini di perkotaan pada September 2021 ini lebih rendah dari Maret 2021 yang sebesar 0,401 dan September 2020 yang sebesar 0,299. 

Sementara, angka rasio gini di pedesaan turun dari 0,315 pada Maret 2021 dan bila dibandingkan dengan September 2020 yang mencapai 0,319. 

Margo bilang, lebih tingginya ketimpangan pengeluaran penduduk di kota disebabkan lebih beragamnya sumber pendapatan masyarakat sehingga pengeluaran penduduk kota jaraknya lebih lebar daripada di desa. 

“Sedangkan di desa, relatif sama sumber pendapatannya, yaitu dari pertanian sehingga tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk lebih rendah,” ujarnya. 

Baca Juga: Neraca Perdagangan Indonesia Masih Surplus US$ 1 Miliar di Desember 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×