Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali memanas di penghujung tahun 2020. Setelah Harga Batubara Acuan (HBA) terus menanjak naik dalam tiga bulan terakhir, belakangan ini harga kontrak future batubara termal Newcastle sudah berada di level US$ 80 per ton, bahkan sempat di atas US$ 84 per ton. Kenaikan harga batubara juga memberikan dampak positif bagi perusahaan jasa angkutan laut PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI).
Sekretaris perusahaan Pelita Samudera Shipping Indonesia Imelda Agustina Kiagoes menjelaskan, negara tujuan ekspor yang mengalami peningkatan seperti Tiongkok, India, Vietnam, dan Bangladesh. Tiongkok sendiri berencana menambah pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas sebesar 130 GigaWatt (GW) selama 5 tahun kedepan. Sedangkan pemerintah India juga merencanakan membangun pembangkit listrik tenaga batu bara dengan kapasitas sebesar 175 GW.
"Hal ini menjadi potensi yang besar bagi peningkatan pendapatan kami,” jelas Imelda kepada kontan.co.id, Senin (28/12).
Adapun Tiongkok dan India masih menjadi tujuan utama ekspor Pelita Samudera, dengan menyumbang masing-masing 33% dan 20% dari penjualan ekspor. Sementara dari pasar domestik, kinerja perseroan akan didukung oleh fokus pemerintah mempercepat pembangunan infrastruktur termasuk di sektor penggunaan listrik.
“Selain itu untuk mendongkrak kinerja pertumbuhan perseroan, kami menyiapkan beberapa strategi, seperti menargetkan kontrak jangka panjang dengan mengembangkan aliansi strategis dengan mitra baru, dan juga secara bertahap memperluas pasar di Asia Tenggara hingga Timur Jauh,” ujarnya.
Baca Juga: Pelita Samudera Shipping (PSSI) anggarkan capex US$ 20,1 juta untuk tahun 2021
Presiden Direktur PSSI Alex Iriawan menambahkan, peningkatan permintaan batubara ini akan diiringi dengan kenaikan harga batubara selama dua minggu terakhir. Pihaknya berharap hal ini dapat memperbaiki kinerja pada kuartal IV. “Secara full year, kami memperkirakan dapat mengantongi pendapatan di kisaran US$ 66 juta, turun 10%-14% dari capaian pada tahun 2019,” katanya.
Alex menyebut, alokasi belanja modal perusahaan juga akan meningkat mulai tahun depan. Untuk tahun ini, PSSI mengalokasikan belanja modal sebanyak US$ 10 juta, US$ 7 juta di antaranya sudah terserap untuk perbaikan dan pemeliharaan kapal. "Permintaan akan meningkat sehingga utilisasi tahun depan akan lebih bagus dibanding tahun ini," ujar Alex.
Adapun untuk belanja modal selama lima tahun ke depan akan dialokasikan untuk pemugaran kapal. Sementara di akhir 2020 atau di awal 2021, PSSI bakal mengalokasikan anggaran pembelian satu buah unit MV Supramax dengan estimasi biaya US$ 8 juta hingga US$ 11 juta. "Upaya diversifikasi bisnis juga dilakukan oleh PSSI lewat peningkatan pengangkutan komoditas non batu bara," paparnya.
Sementara di 2021 perusahaan akan memulai untuk melakukan ekspansi diversifikasi kargo. Dalam upaya itu, pengangkutan batu bara diprediksi dapat menopang 80% kepada pendapatan perusahaan sementara 20% berasal dari non batu bara. "Pada tahun depan, PSSI juga berencana menambah lini bisnis baru yakni proyek logistik. Dengan diversifikasi, pendapatan diprediksi tumbuh 25%," imbuh Alex.
Selanjutnya: Realistis, Pelita Samudera Shipping (PSSI) targetkan laba bersih turun 38% di 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News