kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Proyek gasifikasi batubara terus dikembangkan untuk tekan impor LPG dan gasoline


Rabu, 20 Januari 2021 / 07:30 WIB
Proyek gasifikasi batubara terus dikembangkan untuk tekan impor LPG dan gasoline

Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah terus mendorong produk hilirisasi batubara yakni dimethyl ether (DME) dan metanol untuk mengurangi impor LPG dan gasoline di masa mendatang. Sejumlah proyek yang berkaitan dengan gasifikasi batubara pun masih terus berjalan dan dikembangkan.

Saat ini, proyek gasifikasi batubara sedang dilaksanakan oleh PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) dan Air Product. Produk yang dihasilkan oleh proyek tersebut adalah DME.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif menyebut, PTBA berperan untuk menyediakan batubara berkalori rendah di proyek tersebut. Air Product berperan sebagai penyedia fasilitas produksi dan pengolahan batu bara menjadi DME. Adapun Pertamina bertindak sebagai offtaker.

Saat ini, proyek gasifikasi batubara menjadi DME tersebut sedang dalam tahap finalisasi kajian dan skema subsidi DME untuk subtitusi LPG serta negosiasi skema bisnis proyek.

Kebutuhan batubara untuk menjadi DME diperkirakan mencapai 6,5 juta ton per tahun dengan kualitas batu bara GAR 3.700 kcal/kg. Pabrik DME yang berlokasi di Tanjung Enim, Sumatera Selatan ini direncanakan beroperasi pada tahun 2024 dan mampu memproduksi 1,4 juta ton DME per tahun.

Selain itu, terdapat proyek gasifikasi batubara menjadi metanol yang dilakukan oleh PT Kaltim Prima Coal (KPC) selaku anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Perusahaan ini berkolaborasi dengan Ithaca Group dan Air Product untuk membangun fasilitas pengolahan batubara menjadi metanol di Bengalon, Kalimantan Timur yang diperkirakan beroperasi pada tahun 2025.

Kebutuhan batubara untuk proyek tersebut sekitar 5 juta ton—6,5 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 4.200 kcal/kg. Nantinya, pabrik metanol ini dapat menghasilkan 1,8 juta ton per tahun metanol. Status proyek gasifikasi tersebut masih dalam tahap finalisasi studi kelayakan dan skema bisnis.

Baca Juga: Kementerian ESDM siapkan berbagai dukungan regulasi untuk program gasifikasi batubara

Proyek gasifikasi batubara menjadi metanol juga dilaksanakan oleh anak usaha BUMI lainnya yaitu PT Arutmin Indonesia. Pabrik metanol tersebut berlokasi di IBT Terminal, Pulau Laut, Kalimantan Selatan dan ditargetkan beroperasi di tahun 2025.

Batubara yang dibutuhkan untuk memproduksi metanol di sana mencapai 6 juta ton per tahun dengan kualitas GAR 3.700 kcal/kg. Adapun metanol yang dapat dihasilkan dari pabrik tersebut sebesar 2,8 juta ton per tahun. Proyek tersebut sedang dalam tahap finalisasi kajian atau pra studi kelayakan. Arifin menjelaskan, gasifikasi batubara menjadi DME dan metanol terus dikembangkan lantaran tingginya impor LPG dan gasoline Indonesia.

Untuk LPG misalnya, konsumsi di tahun 2019 mencapai 7,64 juta ton. Dari jumlah tersebut, 75% di antaranya dipasok dari luar negeri sebanyak 5,73 juta ton. Pemerintah juga menyebut, impor gasoline di tahun 2019 mencapai 119 juta barel, kemudian sempat turun menjadi 91 juta barel di tahun 2020, dan diperkirakan melonjak lagi jadi 140 juta barel di 2021.

“DME dapat mensubtitusi LPG sedangkan pengurangan defisit gasoline dapat melalui pencampuran dengan metanol dan/atau alckohol,” ungkap Arifin dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Selasa (19/1).

Tak hanya itu, produk metanol juga bisa dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan baku industri kimia seperti olefin dan lain-lain.

Selanjutnya: Produksi batubara di 2021 bakal lebih dari target?Ini kata pemerintah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×