Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten sawit mengakui tidak akan kena dampak negatif penundaan program mandatori biodiesel 40% (B40) di tahun ini.
Head of Investor Relations PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) Michael Kesuma menjelaskan ditundanya program B40 tidak berdampak negatif bagi SGRO. Alasannya, secara volume tahun ini pemerintah menetapkan serapan biodiesel sekitar 9,2 juta kiloliter yang jika dibandingkan dengan tahun lalu ada peningkatan.
Namun, untuk memerinci dampaknya positifnya ke SGRO diakui Michael cukup sulit dijabarkan karena Sampoerna Agro secara internal tidak memproduksi biodiesel, melainkan pelanggan SGRO yang memasok untuk biodiesel.
Baca Juga: Ekspor minyak sawit turun 9% pada tahun 2020
"Untuk saat ini kami memprioritaskan untuk bisa memaksimalkan kinerja perusahaan yang berlandaskan dari dua aspek, yakni operasional dan keuangan," jelasnya kepada Kontan.co.id, Kamis (4/2).
Lebih rinci, dari segi operasional, SGRO akan semaksimal mungkin menerapkan protokol kesehatan di kebun maupun di area pabrik. Selain itu, SGRO juga akan meningkatkan volume produksi.
Kemudian dari sisi keuangan, SGRO berupaya menjual produk di harga terbaik di lokal maupun luar negeri. Khusus di pasar domestik, saat ini SGRO melihat pasar lokal masih terbuka lebar khususnya dengan adanya program B30.
Begitu juga dengan PT Mahkota Group Tbk (MGRO) yang tidak secara langsung memasok biodiesel dan masih melihat prospek bisnis yang cemerlang di dalam negeri.
"MGRO tidak secara langsung memasok produk ke Pertamina karena bukan merupakan produsen biodiesel. Namun, MGRO memiliki optimisme yg tinggi akan pertumbuhan industri kelapa sawit karena konsumsi minyak nabati akan semakin meningkat di berbagai belahan dunia," jelasnya saat dihubungi terpisah.
Baca Juga: Aprobi: Penundaan program B40 tidak berdampak ke industri biodiesel dan sawit
Menurut Elvi hal ini seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan manusia yang bisa dihasilkan dari CPO menjadi produk akhir. Maka dari itu, MGRO tidak hanya menggali pasar domestik saja, tetapi juga akan memperdalam pasar ekspor yang targetnya bisa mencapai 50% dari total penjualan MGRO. Target ini akan dicapai hingga 2023 mendatang.
Mahkota Group menilai, secara margin, pasar ekspor lebih kompetitif walaupun ada beban biaya ekspor serta risiko selisih kurs. Elvi mengatakan perusahaan secara rutin menganalisa perkembangan pasar baik ekspor maupun lokal.
Adanya peluang dari pasar domestik dan ekspor ini, MGRO menargetkan volume produksi CPO di 2021 akan tumbuh 20% dari target tahun sebelumnya yang sebesar 230 ribu ton. "Saat ini kami belum ada rencana penambahan kapasitas baru," kata Elvi.
Selanjutnya: Pertamina masih mempersiapkan implementasi program B40
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News