kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.396.000   10.000   0,72%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Prima Cakrawala Abadi (PCAR) Berupaya Tekan Penurunan Penerimaan Bahan Baku


Sabtu, 27 Agustus 2022 / 07:00 WIB
Prima Cakrawala Abadi (PCAR) Berupaya Tekan Penurunan Penerimaan Bahan Baku

Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) berikhtiar menjaga kinerja produksi. Saat ini, kegiatan produksi emiten  yang bergerak di bidang usaha produk rajungan dan industri pengolahan hasil perikanan itu tengah dihadapkan pada persoalan bahan baku yang menyusut akibat banyaknya nelayan yang urung melaut.

Direktur Utama PCAR, Raditya Wardhana mengatakan, PCAR bakal berupaya agar penurunan volume penerimaan bahan baku perusahaan bisa ditahan di bawah angka 10%.

“Harapan kami tidak berkelanjutan yang cukup lama kondisi penurunan jumlah nelayan yang pergi menangkap,” ujar Raditya kepada Kontan.co.id (26/8).

Baca Juga: Prima Cakrawala Abadi (PCAR) Optimistis Kinerja Membaik di 2022, Ini Pendukungnya

Seperti diketahui, produksi ikan nasional terancam mengalami penurunan. Mengutip pemberitaan Kompas.com, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan bahwa jumlah nelayan yang laut mengalami penurunan hingga sekitar 50% di bulan Juli 2022 dibanding Juli 2021. 

KKP mencatat, surat persetujuan berlayar atau SPB di bulan Juli 2022 hanya mencapai 1.912 lembar. Sebelumnya, jumlah SPB mencapai 4.165 lembar di Juli 2021. Dugaan KKP, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) membuat sebagian nelayan ogah melaut lantaran enggan merugi.

“Kalau dipaksakan (berlayar), saya sudah bicara oleh beberapa pengusaha, ini akan terjadi kerugian dihitung harga besaran kapal 60 GT kalau dia berlayar 1 tahun tadinya biayanya kira-kira sekitar 4 kali melaut harus mengeluarkan kira-kira Rp 2 miliar. Sekarang itu bisa mencapai hampir Rp 5 miliar," ujar Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini (29/7) sebagaimana dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

PCAR juga tidak luput dari persoalan penurunan hasil tangkap nelayan. Menurut Raditya, PCAR memang menjumpai adanya penurunan hasil tangkapan di kalangan nelayan mulai awal bulan Agustus 2022. Akibatnya, PCAR juga mengalami penurunan  volume penerimaan bahan baku pada pekan kedua Agustus 2022.

 

Meski begitu, Raditya memastikan bahwa volume produksi dan volume penjualan PCAR masih sejalan dengan target perusahaan. Catatan saja, PCAR mengejar angka penjualan Rp 200 miliar - Rp 230 miliar di tahun 2022 ini, naik 23,57%-42,11% dibanding realisasi penjualan tahun 2021. Angka tersebut kurang lebih setara dengan volume penjualan 1 juta - 2 juta kaleng.

“Harapan kami, kondisi penurunan jumlah nelayan yang pergi menangkap tidak berkelanjutan yang cukup lama,” tutur Raditya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[ntensive Boothcamp] Business Intelligence with Ms Excel Sales for Non-Sales (Sales for Non-Sales Bukan Orang Sales, Bisa Menjual?)

×