Reporter: Adi Wikanto, Lailatul Anisah | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Prabowo Subianto menyatakan Indonesia akan membayar cicilan utang kereta cepat Jakarta Bandung atau Whoosh sebesar Rp 1,2 triliun per bulan. Simak rincian pokok dan bunga utang kereta cepat Jakarta Bandung.
Prabowo memastikan tidak ada masalah terkait pembayaran utang Whoosh kepada China. Ia menyanggupi akan membayar dengan cicilan Rp 1,2 triliun per tahun. "Pokoknya engga ada masalah, karena itu kita bayar mungkin Rp1,2 triliun per tahun," kata Prabowo di Jakarta, Selasa (4/11/2026).
Sayangnya, Kepala Negara belum menjelaskan detil darimana sumber uang untuk membayar utang proyek di era Presiden Jokowi tersebut. Prabowo tidak menjawab terang saat ditanya apakah uang ini akan bersumber dari APBN atau dana kelola BPI Danantara.
Baca Juga: Kompetitor Binguo & BYD Atto 1, Mobil Listrik Jaecoo J5 EV Resmi Dijual Rp 249 Juta
Yang jelas, Prabowo menegaskan bahwa utang ini akan menjadi tanggung jawabnya segabai pemimpin negara. "Jadi tidak usah ribut, Kita mampu. Dan kita kuat. Duitnya ada, duit yang tadinya dikorupsi dan diambil negara, kemudian saya hemat," ungkap Prabowo.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono menyebut pemerintah buka peluang menggunakan APBN untuk membantu menyelesaikan polemik utang kereta cepat Jakarta Bandung atau Whoosh.
AHY mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat koordinasi dengan stakoholder tarkait seperti BPI Danantara, Kementerian Keuangan termasuk Kementerian Perhubungan untuk pembahasan ini.
Dalam rapat itu, AHY menyebut telah disepakati bahwa semua pihak akan mengambil peran dan tanggung jawab. Pemerintah juga tidak menutup kemungkinan untuk melibatkan kas negara dalam menyelesaikan polemik kereta cepat.
"Itulah nanti yang saya sampaikan bahwa pemerintah, APBN juga pasti akan menjadi bagian. Tapi secara spesifiknya akan disampaikan dalam lain kesempatan," kata AHY.
AHY belum bisa memastikan terkait peran APBN dalam menyelesaikan masalah utang Whoosh. Menurutnya pemerintah masih mengkaji apakah nantinya akan menjadi bagian restrukturisasi utang atau hanya meng-cover masalah operasional.
Yang terang, AHY menyebut semua kemungkinan tengah dipertimbangkan. Termasuk, jika membantu dalam hal operasional, akan difokuskan pada peningkatan profit Whoosh.
Tonton: Nafa Urbach Dilaporkan ke MKD karena Hedon dan Tamak, Uya Kuya-Eko Patrio Rendahkan DPR
Rincian utang kereta cepat Whoosh
Diberitakan KOMPAS.com, jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung menembus sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500). Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), dengan bunga sebesar 2 persen per tahun.
Utang pembangunan Whoosh dilakukan dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama. Bunga utang KCJB ini jauh lebih tinggi dari proposal Jepang yang menawarkan 0,1 persen per tahun.
Selain itu, total utang tersebut belum menghitung tambahan penarikan pinjaman baru oleh KCIC karena adanya pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dollar AS, bunga utang tambahan ini juga lebih tinggi, yakni di atas 3 persen per tahun.
Sebagian besar pembiayaan proyek Whoosh memang ditopang dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN, serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China sesuai porsi sahamnya masing-masing di KCIC.
Lebih dari separuh biaya untuk menutup cost overrun berasal dari tambahan utang CDB. Sisanya berasal dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China yang menggarap proyek ini. Cost overrun itu ditanggung oleh kedua belah pihak, di mana 60 persen ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40 persen ditanggung oleh konsorsium China.
Baca Juga: Hyundai Ioniq 5 Diskon Hingga Rp 245 Juta, Cek Harga Mobi Listrik Lain Nov 2025
Mengutip pemberitaan KOMPAS.com pada 9 Januari 2024, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) kala itu, Didiek Hartantyo mengungkapkan, besaran bunga utang Kereta Cepat Jakarta Bandung dari CBD itu terbagi menjadi dua tergantung pada denominasi utang.
Total utang 542,7 juta dollar AS diberikan dalam denominasi dollar AS sebesar 325,6 juta dollar AS (Rp 5,04 triliun) bunganya 3,2 persen dan sisanya sebesar 217 juta dollar AS (Rp 3,36 triliun) diberikan dalam denominasi renminbi alias yuan (RMB) dengan bunga 3,1 persen.
"Tingkat suku bunga flat selama tenor 45 tahun. Untuk loan (denominasi) dollar AS 3,2 persen, untuk loan dalam RMB 3,1 persen," ujarnya kepada Kompas.com.
Didiek mengatakan, utang dari CBD ini digunakan untuk menutupi porsi cost overrun KCJB yang ditanggung oleh konsorsium Indonesia sebesar 75 persen dan 25 persen sisanya akan dipenuhi dari PMN yang bersumber dari APBN Indonesia.
"Pinjaman dari CDB merupakan pendanaan cost overrun dari pinjaman porsi konsorsium Indonesia 542,7 juta dollar AS. Untuk porsi equity porsi konsorsium Indoensia telah dipenuhi dari PMN," tuturnya.
Baca Juga: Resmi Dijual Di Bandung, Harga BYD Atto 1 Lebih Mahal Dibanding Jakarta, Cek BYD Lain
Selanjutnya: Airlangga Beri Bocoran Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III-2025
Menarik Dibaca: Apakah Oatmeal Bisa untuk Diet? Ini Jawabannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


 
 
 
 
 
 
 
 
 










