Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar bakal jadi lebih menantang bagi emiten barang konsumer. Mulai 1 April 2022 ini, pemerintah meningkatkan tarif pajak pertambahan nilai atau PPN dari semula 10% menjadi 11%.
Sejumlah emiten barang konsumer sudah menyiapkan strateginya masing-masing demi menjaga kinerja penjualan. Direktur Utama PT Siantar Top Tbk (STPP), Armin mengatakan, STTP bakal melanjutkan sejumlah strategi promo yang diterapkan.
Beberapa bentuk promo yang ditawarkan antara lain seperti pemberian jumlah produk ekstra bagi peritel/distributor yang melakukan pembelian dalam jumlah tertentu, peningkatan jumlah berat bersih pada produk, dan masih banyak lagi.
Pemberian promo-promo itu akan diberikan dengan menimbang kondisi dan kebutuhan yang ada. “Jadi tidak semua produk kami beri promo-primi ini, yang kami rasa perlu kami lakukan, tapi kalau kami merasa tidak perlu ya tidak kami lakukan,” tutur Armin saat dihubungi Kontan.co.id (1/4).
Baca Juga: Inflasi Bisa Bertambah 0,4% Tahun Ini, Salah Satunya Disumbang Kenaikan Tarif PPN
Armin optimistis, kebijakan PPN 11% tidak akan mengganggu pangsa pasar STTP, sebab kebijakan tersebut diberlakukan secara rata kepada kompetitor-kompetitor STTP lainnya di industri yang sama. Meski begitu, Armin tidak menampik bahwa penerapan PPN 11% bisa menekan permintaan pasar.
Hanya, Armin memperkirakan bahwa efek pemberlakuan PPN 11% terhadap permintaan pasar hanya akan berlangsung sementara, yakni sekitar 1-2 bulan. STTP sendiri masih akan berupaya mengejar pertumbuhan double digit, baik pada sisi top line maupun bottom line.
“Bottom line juga kita berupaya targetkan ke sana, berupaya ya, tapi kalau bottom line kelihatannya agak berat ya kalau saya lihat, karena situasi banyak yang di luar dugaan,” tutur Armin.
Sekretaris Perusahaan PT Mandom Indonesia Tbk (TCID), Alia Dewi mengatakan, TCID akan semakin aktif kegiatan marketing, promosi, dan juga kegiatan-kegiatan lainnya guna menjaga penjualan di tengah implementasi PPN 11%. “(Promosi dan marketing) masih tetap akan fokus di digital platform,” ujar Alia kepada Kontan.co.id (1/4).
Alia tidak memungkiri, implementasi kebijakan PPN 11% bisa jadi akan berpengaruh pada permintaan lantaran berimbas pada naiknya harga produk. Meski begitu, tanpa merinci angka, Alia memastikan bahwa TCID masih akan mengejar target kinerja yang sudah ditetapkan melalui strategi-strategi perusahaan dan belum mencanangkan revisi. “Kondisi dalam dua tahun terakhir sudah cukup menantang jadi kami memang sudah bersiap untuk bisa lebih aktif di tahun ini,” ujarnya.
Baca Juga: Barang Kebutuhan Pokok Bisa Kena PPN 11%, Tapi yang Kualitas Premium
Investor Relations PT Mayora Indah Tbk (MYOR), Baskoro mengatakan, MYOR akan berfokus meningkatkan penjualan, pangsa pasar, serta bisa memberikan produk yang memiliki nilai tambah lebih baik kepada konsumen, terutama di momen bulan menjelang puasa dan idul fitri.
“Contohnya, dalam kondisi menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri, kami meluncurkan festive product, dengan kemasan sharing pack, serta didukung dengan promosi di berbagai media,” kata Baskoro kepada Kontan.co.id (1/4).
Baskoro memastikan, MYOR pada prinsipnya mendukung kebijakan dan keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Kami yakin pemerintah telah mempertimbangkan hal tersebut dan memberikan bantalan ekonomi kepada masyarakat yang berbentuk seperti subsidi dan lain-lain,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News