kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PP Presisi (PPRE) akan fokus kembangkan bisnis jasa pertambangan, ini alasannya


Jumat, 12 November 2021 / 04:15 WIB
PP Presisi (PPRE) akan fokus kembangkan bisnis jasa pertambangan, ini alasannya

Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PP Presisi (PPRE) akan fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income. Bahkan, perseroan proyeksikan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50% di tahun 2025. 

Rully Noviandar Direktur Utama PP Presisi mengungkapkan hal itu lantaran melihat peningkatan harga nikel yang terus naik yang didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai. 

“Permintaan itu juga ditandai oleh pembangunan smelter & pabrik pembuatan baterai, serta kinerja lini bisnis jasa pertambangan yang cukup menggembirakan dalam waktu yang relatif singkat, termasuk mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia,” ungkapnya dalam keterangan resminya, Kamis (11/11). 

Baca Juga: Aneka Tambang (ANTM) mengoptimalkan produksi dan penjualan hingg tutup tahun

Untuk itu, dia memutuskan untuk semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income. PPRE juga targetkan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50%. “Dan akan menjadi kontributor terbesar di antara lini bisnis lainnya pada tahun 2025,” tambah dia. 

Untuk mencapai tujuan tersebut, perseroan juga telah menyusun winning target 2022 melalui strategi optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT & equipment technology, dan peningkatan tata kelola Perusahaan. 

“Sehingga jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow”, tutup Ruly.

Selanjutnya: PP Presisi (PPRE) bidik perolehan kontrak baru hingga Rp 6 triliun pada tahun 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×