kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Potensi konglomerasi baru di bisnis startup mulai terlihat


Rabu, 28 April 2021 / 06:55 WIB
Potensi konglomerasi baru di bisnis startup mulai terlihat

Reporter: Venny Suryanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Bisnis digital beragam segmen di proyeksi bakal menjadi tumpuan ekonomi Indonesia di masa depan. Indonesia pun telah melahirkan usaha rintisan berbasis digital dengan nilai valuasi lebih dari US$ 1 miliar (unicorn) hingga yang berlabel decacorn (valuasi lebih dari US$ 10 miliar).

Bila di telaah, industri digital di Indonesia masih ditopang oleh konglomerat lama. Misalnya saja perusahaan jumbo seperti Djarum Grup, EMTEK, Sinar Mas Grup, hingga Grup Astra. 

Grup Djarum misalnya melahirkan platform marketplace seperti BliBli. Selain itu, Djarum juga telah berinvestasi di start up super app Gojek. Selain itu Grup Djarum juga bakal terlibat dalam aksi pencatatan umum saham perdana alias initial public offering (IPO) Grab. 

Pengamat start up, Heru Sutadi menilai aksi gencarnya konglomerat besar masuk ke industri digital lantaran mereka juga melihat adanya potensi cuan yang menjanjikan. 

Baca Juga: Banyak startup mampu bertumbuh, konglomerasi makin getol berinvestasi

Namun ia melihat, para konglomerat lama yang masih mendominasi bisnis digital ini di prediksi tidak akan menguasai dalam jangka panjang. “Belum tentu jangka panjang karena persaingan dengan investor asing juga akan semakin keras dan ketat,” kata Heru kepada Kontan.co.id, Selasa (27/4). 

Bahkan Heru pun menilai, ada salah satu konglomerasi baru yang dinilai dapat menguasai bisnis di industri digital yakni Gojek. Hal ini juga lantaran, Heru melihat Gojek kini sudah masuki pasar Asia Tenggara sehingga persaingan Asia tenggara akan ketat. 

“Saya melihat bahwa Gojek ini adalah Konglomerasi baru,” katanya. 

Di tambah lagi, adanya rencana Gojek yang dikabarkan akan merger dengan Tokopedia. Gojek merupakan super apps ride-hailing dan memiliki digital payment yang kuat, ditambah dengan Tokopedia yang merupakan salah satu marketplace terbesar. Bahkan, ia memperkirakan nilai valuasi keduanya bisa mencapai US$ 25 miliar. 

“Keduanya akan menjadi decacorn dan arahnya adalah konglomerasi,” tutupnya. 

Selanjutnya: Blak-Blakan dengan Pandu Sjahrir, Bicara IPO Startup Hingga Berburu di Private Market

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×