Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petrosea Tbk (PTRO) mengakselarasi ekspansi bisnis untuk menjadi sustainable resource company yang mendukung pengembangan sektor pertambangan di Indonesia.
Romi Novan Indrawan, Presiden Direktur Petrosea memaparkan prospek di sektor mineral sangat terbuka, karena sebagai penyedia jasa pertambangan, Petrosea memiliki keunggulan kompetitif dalam memasuki berbagai peluang di sektor mineral selain batubara, khususnya emas dan nikel.
“Salah satu bentuk ekspansi bisnis di sektor batubara adalah penandatanganan perjanjian jasa pertambangan dengan PT Indo Bara Pratama pada bulan September 2022 dengan nilai sebesar Rp 2,89 triliun dan jangka waktu lima tahun,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/10).
Baca Juga: Anak Usaha Petrosea (PTRO) Kantongi Kontrak Baru Rp 2,89 Triliun
Di sektor emas, salah satu realisasi dari implementasi strategi diversifikasi Petrosea adalah perolehan kontrak dari PT Santana Rekso Nindhana untuk jasa EPCM di proyek tailing management di tambang emas yang dimiliki oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) pada bulan Juli 2022 lalu, dengan nilai kontrak Rp 3,6 triliun selama lima tahun termasuk pembangunan infrastruktur.
Sampai saat ini, Petrosea terus mempercepat penyelesaian pembangunan tailing infrastructure sehingga ditargetkan dalam waktu dekat dapat memasuki tahap produksi. Ke depannya, Petrosea diharapkan dapat mengerjakan proyek-proyek jasa pertambangan emas lainnya di Indonesia.
Adapun di sektor nikel Petrosea telah menandatangani kontrak dengan PT Cipta Djaya Selaras Mining untuk jasa pertambangan pit-to-port dan pembangunan infrastruktur pertambangan dengan nilai kontrak Rp 1,58 triliun selama empat tahun.
“Sampai dengan hari ini, proyek ini telah memasuki tahap penyelesaian konstruksi untuk pembangunan jalan dan infrastruktur dengan target produksi pada akhir tahun 2022, namun dapat dipercepat pada bulan Oktober 2022,” ujarnya.
Perihal prospek bisnis sampai akhir 2022, Romi mengungkapkan, pihaknya sedang menjajaki beberapa proyek yang ada di dalam pipeline di sektor mineral dan emas.
Meskipun peluang bisnis terbuka lebar, Romi juga melihat masih ada tantangan dari sisi volatilitas dari harga komoditas yang terjadi saat ini. Namun demikian, dia mengakui sejatinya kinerja Petrosea tidak terlalu terpengaruh (less sensitive) terhadap volatilitas tersebut.
“Terbukti bahwa pada masa pandemi sejak tahun 2020, Petrosea dapat mencatatkan kinerja keuangan stabil serta berhasil mencatatkan nilai kapitalisasi pasar tertinggi sebesar Rp 3,15 triliun pada bulan April 2022 lalu,” terangnya.
Sampai dengan bulan Agustus 2022, Petrosea telah mencatatkan realisasi belanja modal sebesar US$37 juta untuk mendukung peningkatan kapasitas di beberapa proyek baru saja diperoleh. Romi menegaskan, pihaknya tetap mencadangkan belanja modal untuk mendukung ekspansi bisnis sampai dengan akhir tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News