kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.934   1,00   0,01%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Perusahaan Investasi Global Merugi pada Kuartal II 2022


Senin, 08 Agustus 2022 / 05:25 WIB
Perusahaan Investasi Global Merugi pada Kuartal II 2022

Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  WASHINGTON. Perusahaan investasi global mencatatkan kerugian pada kuartal II 2022 di tengah gejolak pasar saham.  Perusahaan investasi milik investor kakap Warren Buffet, Berkshire Hathaway Inc melaporkan kerugian US$ 43,8 miliar pada periode April-Juni 2022. 

Berkshire sebetulnya masih membukukan laba operasi US$ 9,3 miliar karena keuntungan reasuransi dan kereta api BNSF mengimbangi kerugian baru pada perusahaan asuransi mobil Geico. 

Kenaikan suku bunga dan pembayaran dividen membantu bisnis asuransi menghasilkan lebih banyak uang dari investasi, sementara penguatan dollar AS mendorong keuntungan dari investasi utang di Eropa dan Jepang. 

James Shanahan, Analis Edward Jones & Co tetap memberikan nilai netral terhadap Berkshire. Menurutnya, laporan kuartal II tersebut masih menunjukkan ketahanan perusahaan walaupun mencatatkan rugi bersih.

Baca Juga: Calon Pengganti Kepemimpinan Warren Buffett, Menjual Saham di Unit Energi Berkshire

"Bisnis berkinerja baik meskipun suku bunga lebih tinggi, ada tekanan inflasi, dan kekhawatiran geopolitikal. Ini memberi saya kepercayaan pada Berkshire jika terjadi resesi," katanya dikutip Reuters, Minggu (7/8). 

Berkshire juga memperlambat pembelian sahamnya, termasuk miliknya sendiri, meskipun masih memiliki uang tunai sebesar US$ 105 miliar. 

Investor mengamati Berkshire dengan cermat karena reputasi Buffett, dan karena hasil dari lusinan unit operasi konglomerat tersebut sering mencerminkan tren ekonomi yang lebih luas.

Cathy Seifert, analis CFRA Research yang merekomendasikan hold saham Berkshire mengatakan bahwa perusahaan tersebut merupakan mikrokosmos dari ekonomi yang lebih luas.

"Banyak bisnisnya  menikmati peningkatan permintaan, tetapi mereka tidak kebal terhadap biaya input yang lebih tinggi dari inflasi." katanya. 

Dalam laporan kuartal II, Berkshire menyebutkan bahwa gangguan signifikan rantai pasok dan biaya uang lebih tinggi tetap berlangsung karena kemunculan varian baru Covid-19 dan adanya invansi Rusia ke Ukraina. Namun, kerugian langsung belum material meskipun biaya untuk bahan baku, pengiriman dan tenaga kerja mengalami kenaikan. 

Baca Juga: Berkshire Hathaway Membukukan Kerugian US$ 43,8 Miliar pada Kuartal II-2022

Berkshire merugi US$ 53 miliar dari investasi dan derivatif, termasuk penurunan 21% lebih pada saham portofolio utamanya, yakni Apple , Bank of Amerika Corp dan American Express Co. 

Rugi bersih kuartalan Berkshire sama dengan US$ 29.754 per saham Kelas A, dan dibandingkan dengan laba bersih US$ 28,1 miliar atau US$18.488 per saham Kelas A pada periode yang sama setahun sebelumnya.

Laba operasi US$ 9,28 miliar atau sekitar US$ 6.326 per saham Kelas A, naik 39% dari US$ 6,69 miliar setahun sebelumnya. Ini termasuk US$ 1,06 miliar keuntungan mata uang atas utang luar negeri. Pendapatan meningkat 10% menjadi US$ 76,2 miliar.

Geico menderita kerugian underwriting sebelum pajak sebesar US$ 487 juta, kerugian kuartalan keempat berturut-turut. Kerugian itu lebih dari diimbangi oleh keuntungan sebelum pajak sebesar US$ 976 juta dalam reasuransi properti dan kecelakaan, dan lonjakan 56% dalam pendapatan investasi asuransi setelah pajak menjadi US$ 1,91 miliar.

Laba naik 10% di BNSF, dengan pendapatan per mobil yang lebih tinggi dari biaya tambahan bahan bakar sebagian mengimbangi volume pengiriman yang lebih rendah, sementara laba dari Berkshire Hathaway Energy naik 4%.

Baca Juga: Intip Investasi ala Warren Buffett di Pertengahan Tahun 2022

Sementara Dana Pensiun Pemerintah Jepang (GPIF) melaporkan kerugian investasi 3,75 triliun yen atau sekitar US$ 28,13 miliar pada kuartal II.  Ini merupakan penurunan kuartalan kedua berturut-turut karena penurunan saham global di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Dana pensiun terbesar di dunia ini telah kehilangan 1,91% nilai asetnya selama periode April-Juni hingga menjadi 193,126 triliun yen. Penurunan meningkat dari kuartal sebelumnya yang tercatat telah melorot 1,1%. 

Selama kuartal II, Dow Jones Industrial Average (DJI) turun 11% , sedangkan rata-rata saham Nikkei Jepang turun 5%. 

Baca Juga: Berkshire Hathaway Jadi Pemegang Saham Terbesar Occidental Petroleum

Portofolio saham asing GPIF mencatat kerugian sebesar 5,36%, sedangkan portofolio saham Jepang mengalami kerugian sebesar 3,68%.

Portofolio obligasi Jepang mencatat kerugian 1,31%, sementara portofolio obligasi asing naik 2,71%.

Per akhir Juni, obligasi Jepang menyumbang 25,65% dari portofolio GPIF  dan obligasi asing menyumbang 25,70%. Ekuitas asing menyumbang 24,12% dan ekuitas domestik 24,53%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×