kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Perusahaan Batubara Tertekan Beban Royalti di Tengah Tren Penurunan Harga


Rabu, 31 Mei 2023 / 07:30 WIB
Perusahaan Batubara Tertekan Beban Royalti di Tengah Tren Penurunan Harga

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2022 tentang Perlakuan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memberikan dampak beban royalti bagi perusahaan batubara di tengah tren penurunan harga. 

Direktur Utama PT Indika Energy Tbk (INDY) Arsjad Rasjid mengungkapkan, aspek royalti perlu dilihat secara menyeluruh. Menurutnya, setiap perusahaan memiliki karakter dan bisnis yang berbeda, begitu juga dengan karakteristik produk yang dihasilkan.

Arsjad memastikan, pihaknya ingin berkontribusi semaksimal mungkin dalam berbagai aspek termasuk kontribusi pada pendapatan negara. Hal ini pun diklaim telah dilakukan oleh perusahaan selama ini dalam memenuhi DMO sebagai bentuk kontribusi untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. 

Baca Juga: APBI: Harga Batubara Turun, Kinerja Perusahaan Batubara Bakal Tertekan

"Namun demikian kita juga harus memperhatikan equilibrium yang tepat. Tidak hanya mampu berkontribusi pada pendapatan negara secara besar, namun harus tetap mampu menjaga perusahaan tetap stabil dan sustain secara finansial sehingga kontribusi perusahaan tidak hanya sesaat namun bisa berkelanjutan," kata Arsjad kepada Kontan, Selasa (30/5). 

Asal tahu saja, emiten  berkode saham INDY ini membukukan laba bersih US$ 58,93 juta, menurun  21,47% secara tahunan. Efeknya laba bersih per saham INDY ikut turun menjadi US$ 0,0113 di 31 Maret 2023 dari sebelumnya US$ 0,0144 per saham. 

Sejatinya, top line INDY  masih mencatatkan pertumbuhan dalam tiga bulan pertama di 2023. Pendapatan Indika Energy naik 9,15% secara year on year (YoY) menjadi US$ 906,83 juta. 

Meski terjadi kenaikan pendapatan, INDY ternyata tidak bisa menghindari kenaikan beban pokok kontrak dan penjualan selama periode tersebut yang naik 24,16% secara tahunan menjadi US$ 707,74 juta. Kenaikan beban terbesar dialami pada pos royalti sebesar 183,79% secara tahunan menjadi US$ 251,61 juta. 

Peningkatan beban tersebut membuat laba kotor INDY menyusut sebesar 23,65% secara tahunan menjadi US$ 199,09 juta. Sedangkan laba sebelum pajak INDY turun sebesar 30,94% secara tahunan menjadi US$ 107,36 juta. 

Kenaikan beban royalti turut dirasakan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).

Head of Corporate Communication Adaro Energy (ADRO) Febriati Nadira mengungkapkan, dengan implementasi kebijakan royalti yang baru per 1 Januari 2023, beban royalti ADRO pun turut mengalami penyesuaian. 

"Tarif royalti Adaro Indonesia naik ke kisaran 14%-28%, dari tarif sebelumnya sebesar 13,5%," kata Febriati kepada Kontan, Selasa (30/5). 

Kontan mencatat, emiten yang dinakhodai Garibaldi Thohir ini membukukan pendapatan bersih senilai US$ 1,83 miliar, naik 50% dari pendapatan di periode yang sama tahun 2022 sebesar US$  1,22 miliar.

Baca Juga: Harga Batubara Diproyeksi Terus Merosot, Ini Kata Analis

Dari sisi bottomline, emiten pertambangan batubara ini membukukan laba bersih US$ 458,04 juta sepanjang kuartal pertama 2023, naik 14,5% secara year-on-year (YoY). Sebagai perbandingan, laba bersih ADRO di periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 400,07 juta. Ini membuat laba bersih per saham ADRO naik menjadi US$ 0,01478 dari sebelumnya US$ 0,01282.

Di sisi lain, sejumlah beban ADRO turut mendaki, sebut saja Beban pokok pendapatan yang naik 73% menjadi US$ 1,07 miliar dari sebelumnya hanya US$ 623 juta. Kenaikan beban ini terutama karena kenaikan pada beban royalti PT Adaro Indonesia (AI), volume, maupun harga jual rata-rata dibandingkan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Setelah penerapan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak yang baru sejak 1 Januari 2023, tarif royalti Adaro Indonesia naik ke kisaran 14%-28%, dari tarif sebelumnya sebesar 13,5%.

Royalti yang dibayarkan kepada Pemerintah Indonesia dan beban pajak penghasilan badan mencapai US$ 622 juta, atau 94% lebih tinggi daripada US$ 320 juta pada kuartal pertama 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×