Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina International Shipping (PIS) dan PT Pelindo bekerja sama membangun Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT). Terminal berkonsep modular ini akan dibangun di tengah laut.
Sebagai informasi, JIGT akan dibangun di lahan seluas 50 hektare milik Pelindo dengan pertimbangan lokasi yang cukup strategis untuk hub alur perdagangan di Asia. Dari sisi operasional, lokasi JIGT juga berada di area bebas penduduk yang berbatasan dengan tepi laut dan memiliki tambatan lepas pantai yang bisa menampung kapal-kapal besar.
Direktur Strategi Pelindo, Prasetyo menyatakan pihaknya sudah mulai melakukan reklamasi dan di tahun depan lahan sudah siap.
“Jadi dari Pertamina desain terkait kebutuhan seperti apa, tetapi Pelindo akan fokus pada kegiatan kepelabuhannya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (1/9).
Baca Juga: Resmi, Harga Pertamax & Shell Naik, Ini Daftar Harga BBM Terbaru Per 1 September 2023
Direktur Utama Pertamina International Shipping, Yoki Firnandi menjelaskan terminal modern ini dirancang untuk menampung sejumlah jenis bahan bakar baik itu yang konvensional maupun hijau.
Bahan bakar hijau yang dimaksud seperti gas alam cair (LNG), FAME, Used Cooking Oil (UCO) hidrogen, hingga amonia yang ke depannya dibutuhkan untuk transisi energi. Yoki menyatakan, terminal ini bisa mengantisipasi permintaan bahan bakar lebih ramah lingkungan untuk Jabodetabek.
“Dari sisi kemanan, ini merupakan terminal modern sehingga mengimplementasikan standard internasional. Artinya ini bukan hanya masalah buffer zone tetapi banyak hal yang kami perhatikan, dari sisi aspek, operasional, safety, dan lainnya,” ujarnya di Jakarta, Jumat (1/9).
Yoki menjelaskan lebih lanjut, di sepanjang 2024 pihaknya akan merampungkan Front End Engineering Design (FEED) dan Final Investment Decision (FID). Setelah itu, pada awal 2025 PIS akan berkoordinasi dengan Pelindo untuk memulai konstruksi awal serta penguatan struktur.
Sementara, pengoperasian terminal akan dilakukan dalam beberapa tahap. Fase pertama periode 2027-2035 yakni operasional storage bahan bakar BBM , fase kedua 2035-2040 untuk pembangunan dan operasional storage LNG, FAME, dan Used Cooking Oil (UCO), serta fase terakhir 2040 pembangunan dan operasional untuk storage hidrogen.
Kapasitas JIGT terbagi atas tiga tahap, di mana tahap pertama diproyeksikan sekitar 4 juta hingga 4,4 juta barrel. Nantinya, terminal ini bisa menampung hingga 6,3 juta barel atau tiga kali lebih besar dibandingkan Terminal Integrated Jakarta di Plumpang.
“Investasi proyek ini akan ada multi stage, tahap pertama akan fuel terminal kami proyeksikan US$ 350 juta hingga US$ 550 juta. Namun setelah FID rampung kami bisa tahu berapa kebutuhan dana untuk keseluruhan proyek ini,” terangnya.
Baca Juga: Kementerian ESDM Beberkan Alasan Pertamina Ingin Tambah Mitra Kembangkan Blok Masela
Yoki mengungkapkan, PIS akan menjajaki sejumlah sumber pendanaan. Bahkan saat ini sudah ada investor potensial yang akan mendanai proyek ini.
JIGT akan menjadi pintu gerbang ekosistem perdagangan energi/energy trading melalui koridor Singapura - Indonesia yang memiliki porsi 30%-35% alur perdagangan global untuk minyak dan LNG. Hal ini akan memberikan nilai yang optimum untuk mengembangkan potensi bisnis ke depannya dalam rangka menjaga Ketahanan Energi Nasional.
Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha Pertamina, Salyadi Saputra menjelaskan salah satu tulang punggung ketahanan energi yang dikelola oleh Pertamina saat ini adalah Integrated Terminal Jakarta Plumpang, yang mengcover hingga 15% suplai BBM Nasional.
Terminal BBM Plumpang telah beroperasi selama hampir 50 tahun, yang artinya perlu ada peningkatan kapasitas dan kapabilitas untuk menjawab kebutuhan energi mendatang.
“Kebutuhan energi yang semakin tinggi dan dinamis, membutuhkan kehadiran terminal energi baru untuk mendukung Plumpang. JIGT Kalibaru akan hadir untuk menjawab kebutuhan energi tersebut, sekaligus bukti komitmen transisi dan bauran energi,” ujar Salyadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News