Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) bertekad mengoptimalkan pemanfaatan panas bumi sebagai salah satu kunci penting sumber energi terbarukan di Indonesia. Dengan total kapasitas terpasang 2.133 MW, saat ini Indonesia merupakan negara terbesar kedua dengan potensi panas bumi di dunia, setelah Amerika Serikat.
Meskipun potensi panas bumi di Indonesia besar, Dirut PT Pertamina Power Indonesia Dannif Danusaputro mengatakan, pemanfaatan cadangan panas bumi kurang dari 10% sehingga sangat potensial untuk meningkatkan kapasitas dan pemanfaatan energi panas bumi.
Berdasarkan lanskap nasional, Indonesia memiliki lokasi cadangan panas bumi yang cukup tersebar, namun sebagian besar permintaan masih berada di Sumatera dengan kapasitas terpasang 0,7 GW dari potensi 9,1 GW.
Kemudian, Jawa dengan kapasitas terpasang 1,3 GW dari 9,1 potensi, dan Bali dengan kapasitas terpasang 0,01 GW dari potensi 1,7 GW.
Baca Juga: Ramai-ramai dorong ekosistem kendaraan listrik
Mengingat pemanfaatan cadangan yang masih sangat rendah, Pertamina bertekad menjajaki peluang yang sangat besar tersebut untuk memanfaatkan energi panas bumi.
“Ini juga diharapkan mampu merealisasikan bauran energi Indonesia, yang sejalan dengan strategi energi nasional untuk meningkatkan EBT dari level saat ini di bawah 30 persen hingga mencapai target 24 persen pada 2030. Dan panas bumi akan menjadi salah satu faktor kunci untuk itu," ujar Dannif dalam keterangan resmi, Selasa (9/11).
Sebagai salah satu sumber energi terbarukan, panas bumi dikenal sebagai satu-satunya EBT yang dapat menjadi beban dasar dan tanpa intermiten.
Dengan faktor ketersediaan rata-rata 90% dan kapasitas 70%, panas bumi dapat menjadi pasokan energi yang stabil yang tidak terganggu oleh faktor alam seperti cuaca.
Panas bumi juga memiliki biaya yang kompetitif dibandingkan dengan sumber EBT lainnya. Biayanya 20% sampai 40% lebih efektif dibandingkan dengan EBT lainnya, terutama dengan kebutuhan storage yang dibutuhkan untuk tenaga surya atau tenaga angin untuk teknologi EBT intermiten.
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan panas bumi, Pertamina saat ini sedang melakukan konsolidasi aset panas bumi milik BUMN lain dan badan pemerintah untuk mengembangkan bisnis panas bumi.
Baca Juga: SKK Migas finalisasi insentif untuk dua anak usaha Pertamina Hulu Indonesia
Integrasi bisnis panas bumi diharapkan dapat menjadi salah satu katalis untuk mewujudkan panas bumi sebagai green innovation engine di Indonesia, yang dapat berkontribusi pada pencapaian komitmen NDC negara serta sebagai green baseload yang dapat menggantikan pembangkit fosil.
Hal ini juga dapat membantu percepatan pengembangan panas bumi dengan tambahan kapasitas terpasang dari perusahaan sebesar 1,2 GW hingga 2030 dan mendukung pencapaian rencana pengadaan tenaga listrik jangka panjang (RUPTL) dan target perencanaan energi umum (RUEN) nasional.
Dannif yakin ini akan bermanfaat tidak hanya bagi Pertamina sebagai pelaku bisnis tetapi juga untuk kontribusi komitmen NDC Indonesia. Indonesia berperan penting dalam dekarbonisasi global ini dan panas bumi merupakan salah satu sumber energi terbarukan utama yang perlu terus kita kejar dan produksi.
Selanjutnya: Ekonomi kripto tembus US$ 3 triliun, lebih cepat dari Google dan Microsoft
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News