kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan dari China bikin harga batubara kian membara


Minggu, 06 Desember 2020 / 20:05 WIB
Permintaan dari China bikin harga batubara kian membara

Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara terus melesat dalam beberapa hari terakhir, bahkan dapat dikatakan sudah kembali ke level semula sebelum pandemi Covid-19. Merujuk Bloomberg, harga batubara Newcastle kontrak pengiriman Maret 2021 di ICE Futures pada Jumat (4/12) sudah berada di level US$ 75,8 per ton.

Level tersebut mengalami kenaikan 2,02% dibandingkan penutupan sebelumnya. Tak hanya itu, harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan Januari silam. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa harga batubara saat ini telah kembali normal.

Jika dihitung secara year to date sendiri, harga batubara telah bergerak naik 3,34%. Sementara, dalam seminggu terakhir, rally harga komoditas batu hitam ini telah menguat 9,38%

Baca Juga: Kapuas Prima Coal (ZINC) segera selesaikan proyek smelter pemurnian timbal

Analis Central Capital Futures Wahyu Laksono mengungkapkan, penyebab kenaikan harga batubara salah satunya adalah adanya indikasi impor batubara China akan mengalami kenaikan signifikan pada Desember ini. Diperkirakan, impor China akan naik dari 9,5 juta ton menjadi 20 juta ton pada bulan ini. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding rata-rata impornya pada sembilan bulan pertama tahun ini yang sebesar 17,7 juta ton.

“Di saat suplai yang cenderung terbatas, permintaan dari pabrik-pabrik China untuk batubara justru meningkat, bahkan diperkirakan hingga Maret tahun depan. Dengan demikian, bisa dibilang kenaikan aksi impor China menjaga pasokan batubara yang ada di pasar tetap seimbang, mengingat banyak pabrik di Eropa yang saat ini masih belum aktif beroperasi kembali,” ungkap Wahyu kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/12).

Selain itu, Wahyu menyebut faktor musiman, yakni menjelang musim dingin, tren positif memang akan selalu menyelimuti komoditas energi, termasuk batubara. Walau tengah berada dalam tren penguatan, Wahyu mengingatkan bahwa China punya kendali yang besar untuk membuat harga batubara tidak bisa terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Jika harga memang sampai terlalu tinggi, hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi konsumen energi atau listrik. Sementara jika terlalu rendah, maka pihak produsen lah yang akan terkena imbasnya. Oleh sebab itu, Wahyu menyebut ada mekanisme yang akan membuat harga batubara cenderung stabil.

Baca Juga: Meski menguat, tapi rata-rata harga batubara acuan di 2020 terendah dalam 5 tahun

“Ketika harga rendah dan produsen tertekan, maka pasokan akan dikurangi guna menjaga pasokan tetap rendah di saat harga anjlok. Dampaknya, dapat memicu kenaikan harga di saat suplai berkurang, namun permintaan tetap ada bahkan meningkat. Sedangkan, saat harga naik, produsen batubara akan menggenjot produksi untuk ekspor karena harga yang bagus, namun ini juga akan membuat kelebihan pasokan. Dus, harga berpotensi turun,” jelas Wahyu.

Lebih lanjut, untuk tahun depan, Wahyu menilai harga batubara berpotensi lebih baik dibandingkan tahun ini. Kendati demikian, ia menyebut kenaikannya tidak akan signifikan karena harga saat ini sudah price in. Menurutnya, secara teknikal maupun rentang harga batubara, akan mengikuti penjelasan sebelumnya, tidak terlalu tinggi namun tidak terlalu rendah juga.

“Jadi walaupun bisa mencoba bergerak ke arah US$ 80 – US$ 100 per ton, saya rasa US$ 50 – US$ 70 masih akan jadi gravitational level untuk tahun depan. Sementara pada akhir tahun ini, harga batubara akan berada di kisaran US$ 75 per ton,” pungkas Wahyu.

Selanjutnya: Hotel hingga tambang batubara jadi penyumbang NPL tertinggi bagi perbankan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×