Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan akan terus mengoptimalkan pertumbuhan pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI) dalam mendorong kinerja ke depan. Langkah ini diharapkan untuk melakukan penyeimbangan pendapatan dari sisi bunga.
PT Bank BTPN Tbk misalnya, akan terus mendorong pertumbuhan FBI tahun ini. Pembiayaan sindikasi menjadi andalan bank ini dalam mendorong FBI.
Nathan Christianto, SEVP Head of Wholesales & Commercial Banking BTPN mengatakan, dukungan dari Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) menjadikan BTPN memiliki posisi yang kuat dalam pembiayaan sindikasi.
"BTPN dan SMBC selalu ada diantara urutan teratas dalam pembiayaan sindikasi. Itu bisa dilihat dalam daftar Bloomberg. Itu menjadi motor penggerak FBI kami," kata Nathan dalam Media Gathering BPTN, Rabu (25/1).
Baca Juga: BTPN Optimistis Pertumbuhan Kredit Berlanjut Tahun 2023
Seperti diketahui, kredit sindikasi tidak hanya menjadi sumber pendapatan bunga bagi perbankan. Namun, juga menghasilkan pendapatan non bunga bagi bank yang jadi pemimpin pembiayaan sindikasi itu, baik sebagai mandated lead arranger maupun sebagai bookrunner.
Berdasarkan tabel sindikasi Bloomberg, SMBC Group tercatat telah menjadi mandated lead arranger dalam 18 pembiayaan sindikasi sepanjang 2022. Total kontribusinya dalam proyek sindikasi tersebut mencapai US$ 1,23 miliar.
Selain itu, kata Nathan, BTPN juga memiliki sumber FBI dari transaksi digital banking Jenius, wealth management, lalu dari transaksi treasury, trade finance dan lain-lain. Namun, ia tidak merinci target nilai FBI yang akan dikejar perseroan tahun ini.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga terus mendorong pertumbuhan FBI. Sepanjang 2022, bank pelat merah ini berhasil membukukan FBI sebesar Rp 14,8 triliun, tumbuh 8,7% secara year on year (YoY).
Pertumbuhan ini terutama ditopang dari segmen bisnis banking yang berhasil menyumbang FBI sebesar Rp 7,97 triliun atau meningkat 15,2% YoY.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, pertumbuhan itu dicapai dengan melakukan pergeseran pola pertumbuhan untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan biaya transfer melalui program BI Fast sejalan dengan tren menurunnya transaksi transfer antar bank.
"Di segmen Business Banking, BNI semakin aktif dalam memfasilitasi sindikasi dan mampu berkontribusi hampir Rp 1 triliun ke pendapatan non bunga, atau naik 100% dibandingkan tahun lalu," kata Royke, Selasa (24/1).
Dia menambahkan, BNI secara inovatif berhasil menumbuhkan pendapatan non bunga yang memberi value-added bagi nasabah. Contohnya di retail banking, fitur billpayment atau pembayaran tagihan saat ini berkontribusi lebih dari Rp 300 miliar ke FBI atau tumbuh 18% YoY.
Tahun ini, BNI akan terus melanjutkan pengembangan digitalisasi layanan perbankan. Perseroan fokus menggarap potensi bisnis nasabah di setiap aspek, dengan konsisten meningkatkan kapabilitas digital untuk mengembangkan berbagai solusi keuangan digital yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Baca Juga: Prospek Kredit Pensiunan Dinilai Sangat Besar, Sejumlah Bank Siap Jaring Potensinya
Dari segmen retail, jumlah user BNI Mobile Banking pada tahun 2022 mencapai 13,6 juta, tumbuh 26,1% YoY, yang diikuti dengan nilai transaksi yang tumbuh sebesar 30,4% YoY menjadi sebesar Rp 802 triliun, jauh melampaui transaksi di ATM yang sebesar Rp 676 triliun, dengan jumlah transaksi mencapai 597 juta atau tumbuh 37,6% YoY.
Bank Mandiri berhasil mengoptimalkan FBI sejalan dengan pengembangan layanan digital baik di segmen ritel maupun korporasi. Hingga akhir Oktober 2022, fee based income perseroan telah mencapai Rp 22 triliun.
Bank ini telah memiliki super app Livin’ by Mandiri untuk nasabah ritel dan Wholesale Digital super Platform Kopra by Mandiri dan Kopra Mobile App untuk nasabah wholesale. Pendapatan non bunga dari Livin dan Kopra masing-masing tumbuh 20,70% year on year (YoY) dan 12,17% YoY.
“Pencapaian tersebut sejalan dengan penerapan strategi Bank Mandiri untuk terus mendorong pertumbuhan fee based income khususnya yang bersifat recurring dari transaksi digital,” kata Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha.
Dia optimistis pendapatan non bunga tetap tumbuh sejalan dengan tren digitalisasi di masyarakat yang terus meluas. Hingga November 2022, Livin’ by Mandiri sudah diunduh lebih dari 20 juta kali dengan total transaksi melebihi 1,7 miliar transaksi dengan nilai transaksi menembus Rp 2.100 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News