Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebutuhan pembiayaan untuk tujuan investasi tercatat alami kelesuan pada Juli 2023. Secara total, pertumbuhan kredit investasi memang belum kembali ke periode sebelum pandemi covid-19.
Berdasarkan data Bank Indonesia, penyaluran kredit investasi pada Juli 2023 hanya tumbuh 8,4% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 1.732,7 triliun padahal di bulan Juni 2023 kredit investasi tumbuh 11,6% YoY.
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menilai, faktor yang menyebabkan melambatnya kredit investasi di antaranya adalah adanya perlambatan investasi di sektor-sektor manufaktur seperti industri pengolahan.
"Hal ini kemungkinan dikarenakan adanya juga perlambatan permintaan. Selain itu, bisa juga disebabkan penurunan harga komoditas yang membuat perlambatan permintaan kredit investasi sektor pertambangan," ucap Trioksa kepada kontan.co.id, Kamis (31/8).
Baca Juga: BCA Fasilitasi 1.000 Sertifikasi Halal Secara Gratis Bagi UMKM
Trioksa menyebut, sektor yang melambat dalam pemberian kredit investasi adalah sektor pertambangan dan industri pengolahan. Sementara itu, menurutnya, prospek hingga akhir tahun masih bergantung pada perbaikan daya beli dan pergerakan harga komoditas.
"Kemungkinan hingga akhir tahun tidak akan banyak perubahan dan cenderung sedikit menurun. Oleh karena itu, strategi yang perlu dilakukan adalah dapat menyesuaikan produksi dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat menjaga volume penjualan," imbuhnya.
Direktur Eksekutif Segara Institute, Piter Abdullah menambahkan, pertumbuhan kredit memang selalu naik turun mengikuti dinamika aktivitas ekonomi sebagaimana tercermin dalam pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, ada beberapa sektor yang mengalami perlambatan, ada sektor yang mengalami kenaikan pertumbuhan pada kredit investasi.
"Sektor yang melambat cukup dalam misalnya sektor jasa keuangan dan listrik dan gas. Sementara sektor yang meningkat pertumbuhannya adalah jasa perusahaan dan administrasi pemerintahan," katanya.
Selain itu, kata Piter Sektor pertambangan meskipun melambat tetapi pertumbuhan nya masih sangat tinggi. Ia perkirakan pertumbuhan masih akan berlangsung hingga akhir tahun karena sejalan dengan program hilirisasi.
Adapun, Direktur Risk Management and Transformation Bank BTN Setiyo Wibowo menyampaikan, perseroan memang tidak berfokus pada ekspansi di kredit investasi karena core bisnis BTN sebagian besar terkait properti. Oleh karena itu, kata Setiyo, kredit investasi masih terbatas, karena kebanyakan masih didominasi oleh kredit modal kerja, dan konstruksi.
"Kami tak ada target khusus untuk kredit investasi, tapi total kredit secara keseluruhan kami harapkan bisa tumbuh 10%-11%," katanya.
Sementara PT Bank Central Asia (BCA) mengaku masih melihat tren pertumbuhan yang positif pada kredit investasi hingga Juni 2023. Kredit investasi BCA tercatat meningkat 11,9% YoY menjadi Rp 234 triliun. Secara kuartalan, dan bertumbuh 6,1% secara QoQ hingga Juni 2023.
Baca Juga: Bank Syariah Indonesia (BRIS) Targetkan Jumlah Nasabah Tembus 20 Juta pada 2023
"Secara YoY, kontributor terbesar bagi pertumbuhan kredit investasi BCA berasal dari sektor transportasi dan logistik, perkebunan, hingga restoran," ujar EVP Corporate Communication & Responsibility BCA Hera F. Haryn
Ditopang likuiditas yang solid serta mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, pihaknya pun optimis dapat menjaga pertumbuhan kredit secara berkelanjutan. Hera menyebut, pihaknya akan terus mencari peluang untuk meningkatkan portofolio kredit, serta mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
"Selain itu, kami juga akan senantiasa mengamati dinamika yang terjadi di pasar. Kami berharap total kredit BCA akan tumbuh di kisaran 10%-12% di tahun ini," ucapnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News