Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tenggak waktu bagi perbankan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum Rp 3 triliun semakin sempit. Bank umum, kecuali, Bank Pembangunan Daerah (BPD), hanya punya waktu sekitar empat bulan lagi melakukan penambahan modal jika tak ingin turun kasta jadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan penelusuran KONTAN, Selasa (23/8),terdapat 19 bank umum swasta yang masih memiliki kewajiban menambah modal agar mencapai ketentuan modal inti tersebut karena bukan bagian dari Kelompok Usaha Bank (KUB).
Bank dalam KUB tidak perlu menambah modal hingga Rp 3 triliun. Hal ini sesuai dengan Peraturan OJK Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum menyebutkan bagi Bank selain Perusahaan Induk atau selain pelaksana Perusahaan Induk dalam KUB wajib dipenuhi paling sedikit Rp 1 triliun.
Adapun 19 bank tersebut diantaranya Bank Bumi Arta Tbk (BNBA), Bank Jtrust Tbk (BCIC), Bank Ganesha Tbk (BGTG), Bank Capital Indonesia Tbk (BACA), Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS), Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), Bank MNC Internasional Tbk (BABP) dan Bank Bisnis Internasional Tbk (BBSI).
Baca Juga: Ini Daftar 19 Bank Umum Swasta yang Belum Penuhi Modal Inti Rp 3 Triliun
Kemudian Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), Bank Victoria International Tbk (BVIC), Bank Multiarta Sentosa Tbk (MASB), Bank National Nobu Tbk (NOBU), Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR), Bank Index Selindo, Bank Prisma Master, Bank Jasa Jakarta, Bank SBI Indonesia dan Bank of India Indonesia Tbk.
Bank-bank tersebut telah melakukan persiapan untuk memenuhi ketentuan modal inti tersebut. Begini rinciannya:
1. PT Bank Victoria International Tbk (BVIC)
Bank ini akan melakukan rights issue sebanyak-banyak 7,02 miliar saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp100 saham. Jumlahnya sebesar 40,12% dari modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah rights issue. Adapun harga pelaksanaannya ditetapkan Rp 150 per saham sehingga jumlah dana yang akan diterima yang dibidik mencapai Rp 1,05 triliun. Per Juni 2022, modal inti bank ini baru mencapai Rp 2,64 triliun.
HMETD ini diperdagangkan di PT Bursa Efek Indonesia akan dimulai pada 12 Agustus 2022 sampai dengan tanggal 26 Agustus 2022. Berdasarkan surat pernyataan tanggal 29 Juni 2022, PT Victoria Investama Tbk (VICO) selaku Pemegang Saham Utama dan Pengendali yang memiliki sebanyak 4,12 miliar saham atau 39,37% saham Bank Victoria dengan HMETD sebanyak 2,7 miliar HMETD.
VICO telah menegaskan akan melaksanakan sebagian HMETD sebesar 1,85 miliar atas sisa porsi HMETD yang tidak dilaksanakan maka VICO tidak akan mengalihkan HMETD tersebut kepada pihak manapun.
Selain PT Victoria Investama Tbk, beberapa pemegang saham juga akan melaksanakan HMETD yang menjadi hak-nya dan telah menyatakan komitmennya dengan melakukan penyetoran pada rekening khusus Perseroan.
2. PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD)
Bank ini akan melakukan rights issue sebanyak-banyaknya 1,38 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp200 setiap saham. Pelaksanaan harga rights issue ditetapkan sebesar Rp 1.000 per saham sehingga dana yang dibidik dari aksi korporasi itu sebanyak-banyaknya Rp 1,38 triliun.
Perdagangan saham dengan HMETD (cum right) BSWD di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 29 Agustus 2022 dan 31 Agustus 2022 di pasar tunai. Lalu, 30 Agustus 2022 menjadi tanggal mulai perdagangan saham tanpa HMETD (ex right) di pasar reguler dan negosiasi, sedangkan di pasar tunai akan berlangsung pada 1 September 2022.
Baca Juga: Penyaluran KUR Bank Mandiri Capai Rp 24,2 Triliun per Juli 2022
Dengan demikian, periode perdagangan dan pelaksanaan HMETD BSWD berlangsung pada 2–8 September 2022. Artinya, tanggal terakhir pelaksanaan adalah 8 September 2022 dan HMETD yang tidak dilaksanakan sampai dengan tanggal tersebut menjadi tidak berlaku lagi.
Bank of India (BOI) sebagai pemegang saham utama sekaligus pemegang saham pengendali memiliki 76 persen atau sebesar 1,05 miliar saham dan memiliki hak untuk memperoleh 1,05 miliar HMETD. Berdasarkan surat pernyataan kesanggupan dan bukti setoran, BOI menyatakan memiliki dana sebesar Rp1 triliun untuk mengambil sebagian hak yang dimilikinya, yaitu sebanyak 1 miliar HMETD.
"Sisa HMETD yang dimiliki BOI sebanyak 55,48 juta tidak akan diambil bagian dan dilaksanakan oleh BOI serta tidak akan dialihkan oleh BOI kepada pihak lain," tulis manajemen dalam prospektus rights issue-nya dikutip Selasa (23/8).
3. PT Bank Ganesha Tbk (BGTG)
Bank ini akan melakukan rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 7,5 miliar dengan nominal Rp100 per saham. Jumlah saham yang akan diterbitkan itu setara 45,54% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan, berdasarkan prospektus rights issue perseroan.
Manajemen BGTG belum menetapkan harga pelaksanaan rights issue itu sehingga target dananya belum diketahui. Adapun Per Juni 2022, modal inti bank ini baru mencapai Rp 2,1 triliun.
4. PT Bank JTrust Indonesia Tbk (BCIC)
Bank JTrust sedang dalam proses menggelar rights issue dengan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 4,24 miliar. Harga pelaksanaannya sebesar Rp 300 per lembar sehingga perseroan membidik dana segar Rp 1,27 triliun. Masa perdagangan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) atau rights issue BCIC ini telah berlangsung pada 12 – 19 Agustus 2022.
Sebelumnya, para pemegang saham utama BCIC dalam prospektus righst issue menyatakan komitmennya untuk menyerap penerbitan saham baru itu. Para pemegang saham BCIC adalah J Trust Co. Ltd, Jepang, dan kelompok usahanya yakni J Trust Asia Pte. Ltd., Singapura dan PT JTrust Investments Indonesia. Mereka akan menyerap HMETD dengan nilai total Rp1,19 triliun.
Baca Juga: Hingga Semester I 2022, Bank Tutup 11.290 Unit Kantor Cabang
5. PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA)
Bank ini akan menggelar rights issue sebanyak 1,38 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Rencana ini telah mendapat persetujuan dari pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham yang digelar pada awal Agustus lalu. Modal inti bank ini per Maret 2022 baru mencapai Rp 2,23 triliun.
Saat ini pemegang saham BNBA adalah PT Takjub Financial Teknologi (Ajaib Sekuritas) dengan 40%, PT Surya Husada Investment 25,45%, PT Dana Graha Agung 15,27%, PT Budiman Kencana Lestari 10,18%, dan publik 9,1%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News