Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produksi crude palm oil (CPO) diperkirakan akan mengalami peningkatan di tahun mendatang. Meski begitu, peningkatan produksi tersebut tidak akan signifikan dibandingkan tahun 2020.
"Untuk tahun 2021, kita memperkirakan produksi akan meningkat tetapi tidak banyak, kalau sekarang 47 juta ton, maka tahun depan mungkin akan bertambah menjadi 48,5 juta ton atau 48 juta ton saja," ujar Ketua Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun dalam diskusi secara virtual, Rabu (18/11).
Derom pun mengatakan, produksi CPO tahun ini akan lebih rendah dibandingkan 2019. Pasalnya, tahun lalu produksi CPO mencapai 47,18 juta ton. Sementara, produksi CPO sampai September 2020 sekitar 34,41 juta ton.
Baca Juga: Kadin dorong pemulihan ekonomi nasional untuk wujudkan ketahanan pangan
"Kemungkinan produksi akan di bawah sedikit, yakti 46,8 juta ton atau sekitar itu. Karena sekarang itu kuartal IV yang biasanya produksinya lebih rendah dari kuartal III," terang Derom.
Lebih lanjut Derom mengatakan, di tahun mendatang kebutuhan minyak sawit di dalam negeri akan terus meningkat. Hal ini juga sejalan dengan program B40 yang rencananya dilaksanakan tahun depan.
Dia tak menampik produk minyak sawit Indonesia masih mengalami berbagai tantangan di luar negeri, misalnya berkaitan dengan kampanye hitam dan adanya penurunan konsumsi minyak sawit di India tahun ini. Karena itu, Derom pun mengatakan promosi minyak sawit masih perlu ditingkatkan.
Sementara itu, Derom memperkirakan harga CPO di tahun mendatang pun akan relatif sama seperti tahun ini atau cukup tinggi. Menurutnya, hal ini disebabkan pasokan minyak nabati dari negara lain berkurang. Apalagi, dia berpendapat ada negara yang menahan ekspor minyak nabati meski produksinya cukup besar.
Baca Juga: Harga CPO membaik, Saraswanti (SAMF) optimistis kinerjanya bisa lebih dari tahun lalu
Hal senada pun disampaikan oleh Wakil Ketua DMSI Sahat Sinaga, yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI). Menurutnya, harga minyak sawit di tahun depan juga akan tetap tinggi karena produksi minyak nabati lainnya turun. "Jadi ini adalah rumus supply dan demand, Apalagi per Juli 2021 ada blending B30 dengan B10 maka akan lebih menarik," jelas Sahat.
Harga CPO yang diperkirakan tinggi di tahun mendatang pun, menurut Sahat akan mendorong petani untuk lebih rajin melakukan pemupukan, sehingga produksi CPO diperkirakan bisa mencapai 48,5 juta ton.
Selanjutnya: Kementan harap sertifikasi penyuluh dapat tingkatkan produksi pertanian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News