kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Pengembangan ekosistem kendaraan listrik butuh waktu yang lama dan pendanaan besar


Rabu, 24 November 2021 / 10:05 WIB
Pengembangan ekosistem kendaraan listrik butuh waktu yang lama dan pendanaan besar

Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah mendorong ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengungkapkan, pengembangan ekosistem kendaraan listrik akan memakan waktu yang lama dan pendanaan yang cukup besar.

"Untuk investasi yang diperlukan itu hampir mendekati US$ 15,3 miliar. untuk melakukan (pengembangan) end to end memerlukan waktu dan investasi yang cukup lama shingga ini menjadi concern," kata Toto dalam diskusi virtual di The 10th Indonesia EBTKE ConEx 2021, Selasa (23/11).

Adapun, total kebutuhan investasi ini diperlukan untuk mengembangkan rantai pasok end to end baterai EV sebesar 140 GWh.

Toto mengungkapkan, jika merujuk pada rencana pengembangan yang ada maka untuk ekosistem baterai listrik nantinya IBC akan berperan sebagai battery provider dengan terlibat dari proses mining, refinery, precursor/cathode, battery cell hingga produksi Four-Wheel dan Two-Wheel Cell to Pack.

Baca Juga: Ahok buka suara soal niatan holding baterai akuisisi perusahaan mobil listrik Jerman

Selain itu, disaat bersamaan untuk mendorong ekosistem kendaraan listrik, IBC juga disebut terus melakukan demand creation (menciptakan permintaan). "Kita akan melakukan portfolio di four-wheels (4W) Electric Vehicle Original equipment manufacturer (OEM)," ungkap Toto.

Langkah serupa pun dipastikan juga dilakukan untuk kendaraan roda dua. Di sisi lain, Toto memastikan ke depannya permintaan baterai untuk kendaraan listrik di Indonesia akan meningkat mencapai 59 GWh pada tahun 2035.

Permintaan ini bersumber dari kendaraan roda empat, roda dua hingga pasar Energy Storage System (ESS). "Peluang untuk Indonesia sebagai pemilik nikel terbesar di dunia untuk mendukung atau menjadi pemain kelas dunia di aspek baterai kendaraan listrik ini memiliki peluang yang sangat baik," pungkas Toto.

Selanjutnya: Indonesia Battery Corporation cari mitra untuk kembangkan kendaraan listrik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×