Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Managing Partner of Strategic Advisory Coldwell Banker Tommy H Bastami menilai masuknya pengembang asing secara marak pasar ke properti Indonesia sudah sejak tahun 2009.
Ia mengatakan perusahaan asing yang tertarik masuk ke Indonesia lantaran dianggap sebagai satu negara yang relatif cukup stabil pertumbuhan ekonominya di tengah-tengah perlambatan global ekonomi.
“Jadi masuknya pengembang asing ke pasar properti Indonesia saat ini bukanlah merupakan suatu hal yang baru. Beberapa pengembang yang sudah menancapkan eksistensinya di pasar properti Indonesia terutama berasal dari Jepang, Singapura dan Tiongkok,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (24/5).
Baca Juga: Sengketa proyek Tower Indonesia I, Acset Indonusa (ACST) berdamai dengan CSMI
Adapun Tommy juga mengatakan ada beberapa hal di Indonesia yang cukup menarik bagi para pengembang asing untuk mengembangkan propertinya, antara lain jumlah penduduk yang cukup besar, nilai investasi bagi pengembangan properti di Indonesia relatif lebih rendah dibanding di negara mereka sendiri.
Selain itu juga memiliki potensial return yang cukup tinggi dari pengembang properti di Indonesia. “Serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang secara historis relatif cukup stabil dibanding negara lain pada umumnya,” tambahnya.
Sehingga sebagian besar pengembang asing yang mengembangkan produknya di Indonesia masih menyasar kelas menengah-atas sampai atas. Jadi di kelas produk tersebut kontribusi dari pengembang asing yang masih cukup baik.
“Hanya dibandingkan dengan pengembang lokal masih jauh lebih banyak produk yang dikembangkan oleh pengembang lokal. Khususnya pengembang lokal yang besar dan representatif,” tutupnya.
Baca Juga: Sinar Mas Land siapkan investasi hingga Rp 5 triliun untuk kembangkan Digital Hub
Sementra Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda menilai para pemain perusahaan asing tetap harus menjalin kerja sama dengan pengembang lokal.
“Karena yang tau pasar tetap pengembang lokal. Mereka dengan capital yang kuat dapat merealisasikan bersama dengan konsep lokal. Karena ada beberapa asing juga gagal karena terlalu pede,” ujar Ali.
Ia juga mencatat pengembang lokal masih menguasai pasar properti saat ini. Rinciannya nasional masih 90% lokal dan Jabodetabek masih 80%.
Selanjutnya: Ada guyuran stimulus, permintaan KPR kian menggemuk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News