kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan Surat Utang Korporasi Turun pada Semester I, Ini Penyebabnya


Jumat, 21 Juli 2023 / 05:15 WIB
Penerbitan Surat Utang Korporasi Turun pada Semester I, Ini Penyebabnya

Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi pada semester 1 2023 tercatat turun 37% year on year (YoY) menjadi Rp 45,99 triliun, dari Rp 72,73 triliun pada periode sama 2022. Salah satu penyebabnya adalah suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang relatif tinggi, yakni mencapai 5,75% pada semester 1 2023.

Tingginya suku bunga ini membuat perusahaan menunda penerbitan surat utangnya. Mengingat, biaya untuk menerbitkan surat utang menjadi lebih mahal dibandingkan dengan semester 1 2022 yang mana tingkat suku bunga acuan hanya di 3,5%.

Chief Economist Pefindo Suhindarto mengatakan, kenaikan tingkat suku bunga acuan yang relatif lebih tinggi turut mendorong peningkatan rata-rata kupon surat utang korporasi. Tercatat, rata-rata kupon surat utang korporasi meningkat untuk hampir semua peringkat, kecuali peringkat AAA tenor 5 tahun dan peringkat AA untuk tenor 1, 3, dan 5 tahun.

Sebagai contoh, kupon untuk penerbitan surat utang peringkat AAA dengan tenor 1 tahun naik dari akhir tahun lalu yang hanya 4,0% menjadi 6,0% di paruh pertama tahun 2023. Kemudian, kupon surat utang peringkat A tenor 1 tahun terkerek dari 6,7% pada akhir 2022 menjadi 7,0% pada semester 1 2023.

Baca Juga: Pasar Modal Indonesia 2023 Punya Prospek Cerah, Simak Rekomendasi BNI Sekuritas

Ke depannya, Suhindarto memperkirakan pergerakan kupon surat utang korporasi relatif tidak banyak berubah dan masih akan tinggi.

"Pasalnya, BI diprediksi akan mempertahankan suku bunganya pada level terkini dan belum ada tanda untuk menurunkannya," kata Suhindarto saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/7).

Saat ini, inflasi dalam negeri memang telah melambat dan memasuki rentang target selama dua bulan terturut-turut. Namun, sepertinya BI akan cenderung untuk mempertahankan suku bunga demi menjaga nilai tukar rupiah agar tidak tertekan terlalu dalam akibat potensi arus modal keluar dan menurunnya surplus neraca perdagangan.

Lebih lanjut, tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan tinggi seiring dengan ketidakpastian eksternal. Hal tersebut bakal mendorong risk averse dan meningkatkan kecenderungan investor untuk memburu aset safe haven dan mengurangi eksposur dari aset berisiko di negara berkembang.

Selain itu, tekanan juga akan datang dari spread antara suku bunga domestik dengan internasional (AS) yang semakin menipis. Oleh karenanya, BI diprediksi akan konsisten dengan pernyataannya yang akan memfokuskan kebijakan pada stabilitasi nilai rupiah untuk pengendalian inflasi barang impor.

Dengan kata lain, perkembangan suku bunga masih akan menjadi faktor dominan dalam mempengaruhi tren kupon obligasi ke depan. Pergerakan suku bunga akan mempengaruhi yield benchmark, yang mana pergerakannya akan mempengaruhi kupon surat utang korporasi.

Baca Juga: Nilai Penerbitan Obligasi Turun pada Semester I, Ini Penyebabnya

"Di semester 2 2023, perkiraan kupon peringkat AAA tenor 3 tahun kisarannya akan di antara 6,5%-8,0%. Sementara untuk peringkat BBB tenor 3 tahun, kisaran kuponnya di antara 10,5%-11,5%," ungkap Suhindarto.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi dalam negeri, leverage keuangan, dan peringkat juga menjadi faktor lainnya karena mempengaruhi premi yang dibayarkan oleh perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×