kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Penelitian anyar: Vaksin efektif mengurangi risiko tertular virus corona hingga 85%


Rabu, 24 Februari 2021 / 02:30 WIB
Penelitian anyar: Vaksin efektif mengurangi risiko tertular virus corona hingga 85%

Sumber: Al Jazeera | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - LONDON. Data dari dua penelitian terpisah di Inggris dan Skotlandia menunjukkan, vaksin Covid-19 efektif dalam mengurangi penularan virus corona baru dan rawat inap mulai dari dosis pertama.

Analisis dari Public Health England (PHE) yang terbit Senin (22/2) menyebutkan, vaksin buatan Pfizer-BioNTech mengurangi risiko tertular virus corona lebih dari 70% setelah dosis pertama. Risiko itu berkurang 85% pasca dosis kedua.

“Secara keseluruhan, kami melihat efek yang sangat kuat untuk mengurangi infeksi apa pun, tanpa gejala dan dengan gejala,” kata Strategic Response Director PHE Susan Hopkins dalam konferensi pers, seperti dikutip Al Jazeera.

Dalam sebuah pernyataan yang di-posting di media sosial, Menteri Kesehatan dan Perawatan Sosial Inggris Matt Hancock menyambut baik perkembangan tersebut, dan menyebutnya sebagai "berita yang sangat baik".

“Ini menunjukkan, vaksin bekerja dan itu menunjukkan vaksin menyelamatkan nyawa,” ujarnya, seperti dilansir Al Jazeera.

Baca Juga: Terendah sejak Oktober, kasus virus corona global lanjutkan tren penurunan

Studi PHE juga memperlihatkan, rawat inap dan kematian akibat virus corona berkurang lebih dari 75% setelah program vaksinnasi Pfizer-BioNTech.

Inggris adalah salah satu negara yang paling terpukul di dunia oleh pandemi Covid-19, dengan hampir 121.000 kematian, menurut data dari Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat.

Negeri Ratu Elizabeth II adalah negara pertama yang memulai vaksinasi massal pada Desember lalu. Sejauh ini, lebih dari 17 juta orang atau sepertiga dari populasi orang dewasa Inggris, telah menerima setidaknya dosis pertama.

“Kami akan melihat lebih banyak data selama beberapa minggu dan bulan mendatang, tetapi kami harus sangat terdorong oleh temuan awal ini,” kata Dr Mary Ramsay, Kepala Imunisasi PHE.

Menurunkan jumlah pasien yang dirawat

Sementara penelitian di Skotlandia menunjukkan, vaksin Pfizer-BioNTech dan Oxford-AstraZeneca menurunkan jumlah pasien yang dirawat di rumahsakit setelah pemberian dosis pertama.

Baca Juga: Direktur WHO Eropa menyebut pandemi corona akan berakhir awal 2022



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

×