Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - KIEV. Pemerintah Ukraina telah mengumpulkan lebih dari US$ 10 juta atau setara (Kurs Rp 14.392,05 per dolar) dalam bentuk donasi kripto. Dengan begitu, uang digital menjadi metode crowdfunding alternatif untuk melewati invasi Rusia.
Akun Twitter resmi pemerintah Ukraina mengunggah alamat untuk dua dompet kripto ini pada Sabtu (27/2) Salah satunya, hanya menerima bitcoin dan yang lainnya mengambil ether dan tether, token yang bisa melacak nilai dolar Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan penelitian dari perusahaan analitik blockchain Elliptic menyebutkan dompet kripto ini telah menarik dana senilai US$ 10,2 juta. Nilai itu di atas jutaan mata uang digital yang disumbangkan ke organisasi non-pemerintah unuk mendukung militer Ukraina.
Baca Juga: BI Meneropong Dampak Konflik Rusia-Ukraina Terhadap Inflasi Indonesia
Elliptic melaporkan bahwa ekitar US$ 1,86 juta dari uang yang disumbangkan ke pemerintah Ukraina dihasilkan melalui penjualan token yang tidak dapat dipertukarkan, atau NFT, yang awalnya dimaksudkan untuk mengumpulkan dana bagi pendiri WikiLeaks Julian Assange.
NFT adalah aset digital unik yang dirancang untuk mewakili kepemilikan barang virtual, seperti karya seni atau karakter video game. Perkembangan tersebut menunjukkan bagaimana Ukraina beralih ke kripto untuk mendapatkan bantuan selama serangan militer Rusia di negara itu sejak Kamis lalu.
Come Back Alive, sebuah LSM yang menyediakan peralatan untuk militer Ukraina, telah menerima sumbangan kripto sejak 2018. Lembaga ini telah mengumpulkan jutaan dolar mata uang digital sejak invasi Rusia dimulai.
Hingga saat ini, total sumbangan kripto kepada pemerintah Ukraina dan LSM mencapai $ 16,7 juta. Kepala ilmuwan Elliptic Tom Robinson mengatakan, aset kripto seperti Bitcoin telah muncul sebagai metode crowdfunding alternatif yang penting. “Mereka mengizinkan sumbangan cepat lintas batas, yang melewati lembaga keuangan yang mungkin memblokir pembayaran ke kelompok-kelompok ini," terang Tom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News