kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembatasan Ekspor Beras India Melumpuhkan Asia, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?


Selasa, 20 September 2022 / 11:44 WIB
Pembatasan Ekspor Beras India Melumpuhkan Asia, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Pembatasan ekspor beras pecah (broken rice) India telah melumpuhkan perdagangan di Asia. Saat ini, pembeli mencari pasokan beras alternatif dari Vietnam, Thailand dan Myanmar di mana penjual menunda kesepakatan karena kenaikan harga beras. 

Melansir Reuters, India, pengekspor beras terbesar di dunia, melarang pengiriman beras pecah dan mengenakan bea 20% pada ekspor berbagai jenis lainnya. Langkah ini dilakukan ketika negara itu mencoba untuk meningkatkan pasokan dan mencoba menstabilkan harga setelah curah hujan monsun di bawah rata-rata membatasi penanaman.

Beras adalah komoditas terbaru dari serangkaian komoditas yang menghadapi pembatasan ekspor tahun ini karena pemerintah India tengah berjuang untuk meningkatkan pasokan dan memerangi inflasi di tengah gangguan perdagangan yang dipicu oleh perang Ukraina. 

Harga beras telah melonjak 5% di Asia sejak pengumuman India. Diperkirakan, harga beras akan naik lebih lanjut minggu ini sehingga membuat pembeli dan penjual melakukan aksi wait and see.

"Perdagangan beras lumpuh di seluruh Asia. Pedagang tidak ingin melakukan apa pun dengan tergesa-gesa," kata Himanshu Agarwal, direktur eksekutif Satyam Balajee, eksportir beras terbesar di India.

Dia menambahkan, "India menyumbang lebih dari 40% dari pengiriman global. Jadi, tidak ada yang yakin berapa banyak harga akan naik dalam beberapa bulan mendatang."

Beras adalah makanan pokok bagi lebih dari 3 miliar orang, dan ketika India melarang ekspor pada 2007, harga global melonjak ke rekor tertinggi sekitar US$ 1.000 per ton.

Baca Juga: Pembatasan Minyak Rusia Bisa Berhasil Jangka Panjang Tapi Kerek Harga Jangka Pendek

Ekspor beras India mencapai rekor 21,5 juta ton pada tahun 2021, lebih banyak dari pengiriman gabungan dari empat eksportir biji-bijian terbesar dunia berikutnya: Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Amerika Serikat.

Mengutip CNBC, analis menilai, kebijakan pelarangan ekspor beras akan berdampak ke seluruh Asia. 

Nomura mengatakan dampaknya terhadap Asia tidak akan merata. Adapun Filipina dan Indonesia akan paling rentan terhadap larangan tersebut.

Menurut Nomura, penurunan produksi sebesar 5,6% dalam basis tahun-ke-tahun pada 2 September akibat curah hujan monsun di bawah rata-rata, berdampak pada panen beras India.

Menurut Sonal Varma, kepala ekonom di perusahaan jasa keuangan, bagi India, bulan Juli dan Agustus adalah bulan "paling penting" untuk curah hujan, karena mereka menentukan berapa banyak beras yang ditaburkan. Tahun ini, pola hujan monsun yang tidak merata selama bulan-bulan tersebut telah mengurangi produksi.

Negara-negara bagian India penghasil beras besar seperti Benggala Barat, Bihar dan Uttar Pradesh menerima curah hujan 30% hingga 40% lebih sedikit, kata Varma. 

"Meskipun curah hujan meningkat menjelang akhir Agustus, semakin terlambat penaburan [beras], semakin besar risiko bahwa hasil panen akan semakin rendah,” urainya. 

Baca Juga: Ingin Amankan Pasokan Lokal, India Menghambat Ekspor Beras

Awal tahun ini, negara Asia Selatan itu membatasi ekspor gandum dan gula untuk mengendalikan kenaikan harga lokal karena perang Rusia-Ukraina mengirim pasar pangan global ke dalam kekacauan.

Menurut Nomura, Pemerintah India baru-baru ini mengumumkan bahwa produksi beras selama musim monsun Barat Daya antara Juni dan Oktober bisa turun 10 hingga 12 juta ton, yang menyiratkan bahwa hasil panen bisa turun sebanyak 7,7% YoY.

“Dampak larangan ekspor beras oleh India akan dirasakan baik secara langsung oleh negara-negara yang mengimpor dari India maupun secara tidak langsung oleh seluruh importir beras, karena berdampak pada harga beras global,” demikian laporan Nomura yang dirilis belum lama ini.

Larangan ekspor beras India juga akan merugikan Indonesia. Indonesia kemungkinan akan menjadi negara kedua yang paling terkena dampak di Asia setelah Filipina.

Nomura melaporkan bahwa Indonesia mengandalkan impor untuk 2,1% dari kebutuhan konsumsi berasnya. menurut Statista, beras menyumbang sekitar 15% dari keranjang CPI makanannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×