kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelita Samudera Shipping (PSS) Memperkuat Diversifikasi Pendapatan Usaha


Jumat, 13 Mei 2022 / 07:45 WIB
Pelita Samudera Shipping (PSS) Memperkuat Diversifikasi Pendapatan Usaha

Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI) bertekad memperkuat diversifikasi pendapatan usaha dari segmen non batubara. Dalam jangka panjang, perusahaan memproyeksikan pendapatan usaha antara segmen batubara dan segmen nonbatubara akan bergerak seimbang.

Kendati demikian, di tahun ini Pelita Samudera meyakini perolehan pendapatan masih akan disokong lebih banyak dari segmen pengangkutan batubara. Hal tersebut karena perusahaan melihat peluang bisnis di pengangkutan batubara masih sangat baik imbas dari harga batubara yang melonjak dan kebutuhannya yang masih tinggi.

“Kami melihat di tahun ini di segala bisnis kami sudah berhasil mendiversifikasikan antara batubara dan non batubara. Namun fokus kami masih di Batubara, seiring harga batubara yang meningkat tajam dan kebutuhan meningkat. Sehingga, harganya pun lebih optimal dibandingkan komoditas lainnya,” ungkap Harry Tjhen, Direktur Pelita Samudera dalam Paparan Publik, Kamis (12/5).

Baca Juga: Pelita Samudera Shipping (PSSI) Raih Pendapatan US$ 26,8 Juta di Kuartal I-2022

Harry mengatakan, di tahun ini segmen batubara masih akan mendominasi pendapatan usaha dengan menyumbangkan sebesar 70%. Sedangkan, pendapatan usaha dari segmen non batubara diprediksi akan berkontribusi sebesar 30% bergerak tipis dari tahun lalu sebesar 29%.

Sementara itu, Direktur Utama Pelita Samudera Iriawan Ibarat menambahkan,  dalam jangka panjang perseroan memproyeksikan pendapatan usaha dari segmen batubara dan segmen non batubara dapat bergerak seimbang 50:50 di tahun 2025.

“Hal tersebut karena kebutuhan komoditas lainnya juga cukup berkembang pesat seperti komoditas nikel, semen klinker. Mixnya cukup baik karena ada varisasi dari sisi angkutan,” tambah Iriawan.

Nah, untuk menggenjot pendapatan usaha dari pengangkutan komoditas di luar batubara seperti nikel, tembaga konsentrat, semen klinker, produk besi dan sebagainya, Pelita Samudera akan menambah variasi angkutan.

Dimana, hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan dari diversifikasi kargo yakni pada tahun 2020 untuk pengangkutan komoditas di luar batubara untuk kapal Curah Besar sebesar 7% dan 3% kapal tunda & tongkang, lalu meningkat menjadi 17% untuk kapal curah besar dan 3% untuk kapal tunda & tongkang. Hal tersebut telah mendorong diversifikasi pendapatan usaha yang sebesar 90% segmen batubara dan 10% segmen non batubara di tahun 2020 menjadi 71% segmen batubara dan 29% segmen non batubara di tahun 2021.

Saat ini, Pelita Samudera memiliki armada sebanyak 85 kapal yang terdiri dari 3 unit Floating Loading Facilities (FLF), 1 unit Floating Crane (FC), 39 unit kapal tunda & 37 unit tongkang (T&B), dan 5 unit kapal Curah Besar (MV).

 

Menghadapi tahun 2022, perusahaan juga telah mengambil langkah untuk menambah variasi kapal angkutan. PSSI saat ini masih dalam tahap perbincangan dan kemungkinan realisasi penambahan kapal baru tersebut akan dilakukan pada kuartal kedua tahun ini karena perusahaan masih fokus pada peremajaan kapal yang dimiliki.

Sebagai informasi, di sepanjang tahun 2021, Pelita Samudera sukses mencetak pendapatan usaha US$ 108,7 Juta dengan total volume angkut lebih dari 33,7 juta metrik ton. Raihan tersebut telah membawa laba bersih perusahaan menembus US$ 23,585 juta, tertinggi sejak tercatat di Bursa Efek Indonesia pada 2017.

Sementara, di kuartal pertama tahun 2022, emiten berkode saham PSSI ini telah meraih pendapatan usaha US$26,8 juta atau naik 31% (yoy) karena meningkatnya pendapatan dari Sewa Berjangka segmen Kapal Tunda dan Tongkang dan Kapal Curah Besar. Laba Bersih Perseroan hingga akhir kuartal 1-2022, US$9,9 juta, tercatat naik signifikan 289% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

×